1) Morfem
adalah satuan bentuk terkecilyang dapat membedakan makna dan atau
adalah satuan bentuk terkecilyang dapat membedakan makna dan atau
yang mempunyai makna. Wujud morfem dapat berupa imbuhan, partikel, dan kata dasar.
Kemampuan imbuhan sebagai pembeda makna sudah terbukti dalam butir 3.2. Bahkan, dalam contoh pembuktian itu,selain imbuhan –an,di-,me-,ter- sudah dipakai pula salah satu partikel, yaitu –lah dalam kata makanlah.
Kemampuan imbuhan sebagai pembeda makna sudah terbukti dalam butir 3.2. Bahkan, dalam contoh pembuktian itu,selain imbuhan –an,di-,me-,ter- sudah dipakai pula salah satu partikel, yaitu –lah dalam kata makanlah.
Partikel adalah unsur-unsur kecil dalam bahasa. Dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonasia (1993:342),
partikel -kah, -lah, -tah, diakui sebagai klitika. Klitika tidak sama dengan imbuhan. Contoh partikel selain -kah, -lah, -tah, adalah –pun. Partikel-partikel itu kita akui sebagai morfem karena merupakan bentuk terkecil yang dapat membedakan arti.
Kata dasar tergolong sebagai morfem karena juga berfungsi sebagai pembeda arti dan wujudnya hanya terdiri atas satu morfem. Kata dasar bawa, rumah, main, tidak dapat dipecah lagi menjadi bentuk yang lebih kecil. Sebaliknya, kata turunan terbawa, dirumahkan, dipermainkan,adalah kata-kata kompleks yang dapat diuraikan lagi karena morfemnya lebih dari satu.
partikel -kah, -lah, -tah, diakui sebagai klitika. Klitika tidak sama dengan imbuhan. Contoh partikel selain -kah, -lah, -tah, adalah –pun. Partikel-partikel itu kita akui sebagai morfem karena merupakan bentuk terkecil yang dapat membedakan arti.
Kata dasar tergolong sebagai morfem karena juga berfungsi sebagai pembeda arti dan wujudnya hanya terdiri atas satu morfem. Kata dasar bawa, rumah, main, tidak dapat dipecah lagi menjadi bentuk yang lebih kecil. Sebaliknya, kata turunan terbawa, dirumahkan, dipermainkan,adalah kata-kata kompleks yang dapat diuraikan lagi karena morfemnya lebih dari satu.
Menurut bentuk dan arti,morfem dapat dibedakan atas dua macam.
a) Morfem bebas, yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri dari segi makna
a) Morfem bebas, yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri dari segi makna
Tanpa harus dihubungkan dangan morfem yang lain. Semua kata dasar
tergolong sebagai morfem bebas.
b) Morfem terikat. Yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dari segi
makna. Makna morfem terikat baru jelas
setelah morfem itu dihubungkan dengan morfem yang lain.Semua imbuhan
setelah morfem itu dihubungkan dengan morfem yang lain.Semua imbuhan
( awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi awalan dan akhiran ) tergolong
sebagai morfem terikat. Selain itu unsur-unsur seperti partikel -lah, -kah
dan bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri, juga tergolong sebagai
dan bentuk lain yang tidak dapat berdiri sendiri, juga tergolong sebagai
2) Kata
adalah bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti. Dari segi bentuknya kata dapat dibedakan atas dua macam : kata yang bermorfem tunggal ( kata dasar ), dan kata yang bermorfem banyak kata dasar : kata yang tidak berimbuhan Kata dasar pada umumnya berpotensi untuk dikembangkan untuk menjadi kata turunan, yaitu kata yng berimbuhan. parhatikan contoh di bawah ini.
adalah bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri sendiri dan mempunyai arti. Dari segi bentuknya kata dapat dibedakan atas dua macam : kata yang bermorfem tunggal ( kata dasar ), dan kata yang bermorfem banyak kata dasar : kata yang tidak berimbuhan Kata dasar pada umumnya berpotensi untuk dikembangkan untuk menjadi kata turunan, yaitu kata yng berimbuhan. parhatikan contoh di bawah ini.
Kata dasar | Kata turunan |
Rumah Buku Cerdas Mulia | Dirumahkan,perumahan Dibukukan,pembukuan Kecerdasan,mencerdaskan Dihukum,hukuman |
Perubahan kata dasar menjadi kata turunan,selain mengakibatkan perubahan makna, juga perubahan makna. Selanjutnya, perubahan makna mengakibatkan perubahan jenis atau kelas kata. Masalah jenis kata tersebut akan dibahas berikut ini.
Secara tradisional pembagian kelas atau jenis kata di dalam bahasa-bahasa besar di dunia, termasuk bahasa indonesia, umumnya terdiri atas 10 jenis kata,yaitu:
(1) Kata benda (nomina) (6) Kata bilangan (numeralia)
(2) Kata kerja (verba) (7) Kata sambung (konjungsi)
(3) Kata sifat (adjektiva) (8) Kata sandang (artikel)
(4) Kata ganti (pronomina) (9) Kata seru (interjeksi)
(5) Kata keterangan (adverbia) (10) Kata depan (preposisi)
Pembagian kata atas sepuluh jenis yang dilakukan oleh para ahli bahasa tentulah didasari pertimbangan yang matang dan didukung oleh alasanhyang kuat. Dalam bahasa indonesia,nama jenis kata-kata itu pun sudah dikenal secara luas. Harus diakui bahwa pembagian kata yang dipopulerkan olah Sutan Takdir Alisjahbana dan diikuti oleh sejumlahpenulis tata bahasa indonesia,cukup berpengaruh dan cukup lama mendominasi bidang morfologi bahasa indonesia.
Sementara itu ilmu bahasa termasuk morfologi, terus berkembang. Sejauh ini, sudah cukup banyak ahli bahasa yang membagi kata atas beberapa macam disertai argumentasinya masing-masing.
Pembagian kelas bahasa indonesia yang paling mutahir adalah yang diajukan oleh Tim Depdikbud RI yang terdapat di dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (edisi perdana 1988). Di dalam buku itu , Moeliono, dkk. Mengelompokkan kata ke dalam lima jenis,yaitu
Secara tradisional pembagian kelas atau jenis kata di dalam bahasa-bahasa besar di dunia, termasuk bahasa indonesia, umumnya terdiri atas 10 jenis kata,yaitu:
(1) Kata benda (nomina) (6) Kata bilangan (numeralia)
(2) Kata kerja (verba) (7) Kata sambung (konjungsi)
(3) Kata sifat (adjektiva) (8) Kata sandang (artikel)
(4) Kata ganti (pronomina) (9) Kata seru (interjeksi)
(5) Kata keterangan (adverbia) (10) Kata depan (preposisi)
Pembagian kata atas sepuluh jenis yang dilakukan oleh para ahli bahasa tentulah didasari pertimbangan yang matang dan didukung oleh alasanhyang kuat. Dalam bahasa indonesia,nama jenis kata-kata itu pun sudah dikenal secara luas. Harus diakui bahwa pembagian kata yang dipopulerkan olah Sutan Takdir Alisjahbana dan diikuti oleh sejumlahpenulis tata bahasa indonesia,cukup berpengaruh dan cukup lama mendominasi bidang morfologi bahasa indonesia.
Sementara itu ilmu bahasa termasuk morfologi, terus berkembang. Sejauh ini, sudah cukup banyak ahli bahasa yang membagi kata atas beberapa macam disertai argumentasinya masing-masing.
Pembagian kelas bahasa indonesia yang paling mutahir adalah yang diajukan oleh Tim Depdikbud RI yang terdapat di dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (edisi perdana 1988). Di dalam buku itu , Moeliono, dkk. Mengelompokkan kata ke dalam lima jenis,yaitu
a. Kata kerja (Verba)
Adalah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan, proses, dan keadaan yang bukan merupakan sifat. Kata kerja pada umumnya berfungsi sebagai predikat dalam kalimat. Untuk mengenali jenis kata kerja, kita dapat mengujinya dengan menambahkan dengan + kata benda ( KB )/ kata sifat (KS) di belakang kata yang diuji..
Adalah kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan, proses, dan keadaan yang bukan merupakan sifat. Kata kerja pada umumnya berfungsi sebagai predikat dalam kalimat. Untuk mengenali jenis kata kerja, kita dapat mengujinya dengan menambahkan dengan + kata benda ( KB )/ kata sifat (KS) di belakang kata yang diuji..
Kata tulis, pergi, bicara, lihat, menulis, bepergian, berbicara, melihat, tergolong sebagai kata kerja karena jika digabungkan dengan bentuk konstruksi penguji tadi akan akan tercipta arti yang jelas. Perhatikan penggabungan di bawah ini :
tulis + dangan pena (KB) menulis + dengan cepat (KS)
pergi + dengan adik (KB) bepergian + dengan gembira (KS)
bicara + dengan dosen (KB) berbicara dengan fasih (KS)
lihat + dengan mata (KB) melihat + dengan jelas (KS)
Pada contoh di atas tampak bentuk kata kerja ada dua macam : (1) kata kerja asal, yaitu kata kerja yang dapat berdiri sendiri di dalam kalimat tanpa bantuan afiks: misalnya tulis, pergi, bicara, lihat: (2) kata kerja turunan, yaitu kata kerja yang mempunyai afiks : misalnya menulis, bepergian, berbicara, melihat. Khusus untuk mengenali kata kerja turunan,dibawah ini disajikan tabel yang memuat afiks pembentuk beserta contohnya
tulis + dangan pena (KB) menulis + dengan cepat (KS)
pergi + dengan adik (KB) bepergian + dengan gembira (KS)
bicara + dengan dosen (KB) berbicara dengan fasih (KS)
lihat + dengan mata (KB) melihat + dengan jelas (KS)
Pada contoh di atas tampak bentuk kata kerja ada dua macam : (1) kata kerja asal, yaitu kata kerja yang dapat berdiri sendiri di dalam kalimat tanpa bantuan afiks: misalnya tulis, pergi, bicara, lihat: (2) kata kerja turunan, yaitu kata kerja yang mempunyai afiks : misalnya menulis, bepergian, berbicara, melihat. Khusus untuk mengenali kata kerja turunan,dibawah ini disajikan tabel yang memuat afiks pembentuk beserta contohnya
AFIKS PEMBENTUK KATA KERJA
Bentuk | Imbuhan | Contoh |
Prefiks Sufiks Konfiks | Ber- Di- Me- -I -kan Ber- + -an Ber- + -kan Di- + -I Di- + -kan Ke- + -an Memper- Memper- + -I Memper- + -kan Me- + -kan Per- +-I Per- + -kan | Berkarya,bertemu,berlayar Dibawa,dipakai Melatih,membawa Namai,tandai Maafkan,camkan Bepergian,berlarian Beralaskan,berselimutkan diselimuti,dipengaruhi Dibuatkan,dibacakan Kejatuhan,kedatangan Memperjelas Memperbaiki Mempertanyakan Meluruskan Perbaiki,persenjatai permasalahkan |
Selain bentuk-bentuk di atas,ada pula bentuk kata kerja/verba yang lain,diantaranya :
a) verba reduplikasi/ verba berulang dengan / tanpa pengimbuhan : misalnya makan-makan, batuk-batuk, berlari-lari, tembak-menembak;
b) verba majemuk, yaitu verba yang terbentuk melalui proses penggabungan satu kata dengan kata yang lain, namun hasil penggabungan itu bukan idiom ; misalnya terjun paying ,temu wicara, siap tempur, tatap muka;
c) verba berpreposisi ,yaitu verba intransitif yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu ; misalnya tahu akan, berdiskusi tentang, cinta pada, sejalan dengan, terdiri dari ,menyesal atas, tergolong sebagai.
b. Kata Sifat (Adjektiva)
Adalah kata-kata yang menerangkan sifat, keadaan , watak, tabiat seoarang, binatang, atau suatu benda. Di dalam kalimat,kata sifat umumnya berfungsi sebagai penjelas subyek, predikat dan obyek. Bentuk kata sifat ada dua macam : kata sifat berbentuk tunggal dan kata sifat berimbuhan Kata sifat berbentuk tnggal memiliki ciri sebagai berikut :
(1) Kata sifat dapat diberi keterangan pembanding seperti lebih , kurang, dan
a) verba reduplikasi/ verba berulang dengan / tanpa pengimbuhan : misalnya makan-makan, batuk-batuk, berlari-lari, tembak-menembak;
b) verba majemuk, yaitu verba yang terbentuk melalui proses penggabungan satu kata dengan kata yang lain, namun hasil penggabungan itu bukan idiom ; misalnya terjun paying ,temu wicara, siap tempur, tatap muka;
c) verba berpreposisi ,yaitu verba intransitif yang selalu diikuti oleh preposisi tertentu ; misalnya tahu akan, berdiskusi tentang, cinta pada, sejalan dengan, terdiri dari ,menyesal atas, tergolong sebagai.
b. Kata Sifat (Adjektiva)
Adalah kata-kata yang menerangkan sifat, keadaan , watak, tabiat seoarang, binatang, atau suatu benda. Di dalam kalimat,kata sifat umumnya berfungsi sebagai penjelas subyek, predikat dan obyek. Bentuk kata sifat ada dua macam : kata sifat berbentuk tunggal dan kata sifat berimbuhan Kata sifat berbentuk tnggal memiliki ciri sebagai berikut :
(1) Kata sifat dapat diberi keterangan pembanding seperti lebih , kurang, dan
paling ; misalnya lebih baik. kurang indah, paling pandai.
(2) Kata sifat dapat diberi keterangan penguat seperti sangat, amat, benar,
(2) Kata sifat dapat diberi keterangan penguat seperti sangat, amat, benar,
sekali, dan terlalu ; misalnya sangat senang, amat luas, mahal benar,
sedikit sekali, terlalu berat.
(3) Kata sifat dapat diingkari dengan kata ingkar tidak, misalnya tidak benar,
(3) Kata sifat dapat diingkari dengan kata ingkar tidak, misalnya tidak benar,
tidak sehat.
Berdasarkan ciri-ciri di atas berikut ini adalah kata sifat baik, indah, pandai, senang, luas, mahal,sedikit,berat,benar,sekali.
Berdasarkan ciri-ciri di atas berikut ini adalah kata sifat baik, indah, pandai, senang, luas, mahal,sedikit,berat,benar,sekali.
Kata sifat berbentuk tunggal dapat dipilih dan dihimpun kedalam lima kelompok. Inilah nama kelompok yang dimaksud beserta contohnya :
(a) keadaan / situasi ; misalnya aman, kacau ,tenang ,gawat.
(b) warna ; misalnya ungu ,hijau, biru, merah
(c) ukuran ; misalnya berat, ringan, tingg , besar
(d) perasaan / sikap ; misalnya malu, sedih, bahagia, heran
(e) serapan/indera ; misalnyaharum, manis, terang, jelas.
Kata sifat berimbuhan mayoritas dibentuk dengan bantuan akhiran yang diserap dari bahasa Inggris dan bahasa Arab yang menjadi produktif dalam bahasa Indonesia , yaitu akhiran -al, -I, -iah, -if, -ik, is, -er, dan –wi.
(a) keadaan / situasi ; misalnya aman, kacau ,tenang ,gawat.
(b) warna ; misalnya ungu ,hijau, biru, merah
(c) ukuran ; misalnya berat, ringan, tingg , besar
(d) perasaan / sikap ; misalnya malu, sedih, bahagia, heran
(e) serapan/indera ; misalnyaharum, manis, terang, jelas.
Kata sifat berimbuhan mayoritas dibentuk dengan bantuan akhiran yang diserap dari bahasa Inggris dan bahasa Arab yang menjadi produktif dalam bahasa Indonesia , yaitu akhiran -al, -I, -iah, -if, -ik, is, -er, dan –wi.
Selain akhiran tersebut, ada dua kombinasi afiks yng turut membentuk kata sifat, yaitu konfiks ke- + -an dan se- + -nya,namun bentuk dasarnya harus diulang ( reduplikasi ). Secara lengkap, contoh kata sifat berimbuhan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Bentuk | Imbuhan | Contoh |
Sufiks Konfiks | -al -I -iah -If -ik -is -er -wi Ke- + -an dengan reduplikasi) Se- + -nya (dengan reduplikasi) | Formal,nasional Abadi,alami,hewani Lahiriah,ilmiah Aktif.fiktif,reaktif Elektronik Praktis,anarkis Parlementer Manusiawi,kimiawi Keinggris-inggrisan, kekanak-kanakan Sebaik-baiknya, Sepandai-pandainya |
c. Kata keterangan (Adverbia)
Adalah kata yang menerangkan predikat suatu kalimat. Dengan tugas itu, adverbia akan mengisi keterangan dalam kalimat. Menurut A lwi , dkk. (1998 : 366) , keterangan di dalam kalimat ada sembilan macam. Semua keterangan itu diisi oleh beraneka bentuk adverbia seperti tampak dalam contoh di bawah ini :
(1) yang menyatakan waktu : sekarang, besok ,beberapa hari lagi, pada
Adalah kata yang menerangkan predikat suatu kalimat. Dengan tugas itu, adverbia akan mengisi keterangan dalam kalimat. Menurut A lwi , dkk. (1998 : 366) , keterangan di dalam kalimat ada sembilan macam. Semua keterangan itu diisi oleh beraneka bentuk adverbia seperti tampak dalam contoh di bawah ini :
(1) yang menyatakan waktu : sekarang, besok ,beberapa hari lagi, pada
masa lalu,sejak tahun 1945;
(2) yang menyatakan tempat dan arah : di sana, ke kampus, dari
(2) yang menyatakan tempat dan arah : di sana, ke kampus, dari
bogor, di atas meja, di selatan khatulistiwa.
(3) yang menyatakan tujuan : untuk merantau, demi keluarga, untuk
(3) yang menyatakan tujuan : untuk merantau, demi keluarga, untuk
mencerdaskan bangsa,bagi tanah air dan negara.
(4) yang menyatakan cara : segera, sekuat-kuatnya, lama-lama, baik-
(4) yang menyatakan cara : segera, sekuat-kuatnya, lama-lama, baik-
baik,kecil-kecilan,dengan terang-terangan, dengan perhatian penuh.
(5) yang menyatakan penyertaan : dengan karyawan, bersama rakyat
tanpa guru.
(6) yang menyatakan alat : dengan kereta api, dengan sepeda, dengan
(6) yang menyatakan alat : dengan kereta api, dengan sepeda, dengan
gunting,dengan kapak merah.
(7) yang menyatakan kemiripan : laksana putri, bagaikan karang,
(7) yang menyatakan kemiripan : laksana putri, bagaikan karang,
seperti petinju.
(8) yang menyatakan penyebaban : karena inflasi, karena krisis
(8) yang menyatakan penyebaban : karena inflasi, karena krisis
keuangan, karena cinta.
(9) yang menyatakan kesalingan : satu sama lain.
Setelah memperhatikan contoh adverbial di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa sebagian besar adverbia berbentuk gabungan kata.
(9) yang menyatakan kesalingan : satu sama lain.
Setelah memperhatikan contoh adverbial di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa sebagian besar adverbia berbentuk gabungan kata.
Hal ini merupakan tuntutan logis dari kedudukan adverbial sebagai keterangan di dalam kalimat. Disamping itu, untuk menyatakan berbagai hal sebagai keterangan, sering tidak cukup dengan satu kata sehingga diperlukan kehadiran kelompok kata keterangan yang disebut fraseaadverbia.
d. Rumpun Kata Benda (Nomina)
Adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda (konkret maupun abstrak ). Kalau dicermati lebih lanjut,kata benda tidaklain dari nama benda yang diacunya. Ambillah sebagai contoh benda yang kita lihat atau kita rasakan sehari-hari, misalnya benda konkret buku, kunci, kendaraan, pohon, nasi, dan benda abstrak agama, pengetahuan, kehendak, peraturan, pikiran, nafsu, maka kita akan mengakui semua itu adalah nama suatu benda atau suatu hal. Oleh sebab itu kata benda disebut kata nama (nomina).
Kata benda sangat perlu dikenali karena kebanyakan kata benda akan berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan dalam kalimat.
Untuk mengenali jenis kata benda, kita dapat mengujinya antara lain dengan menambahkan yang + kata sifat (KS) atau yang sangat + kata sifat (KS) dibelakang kata yang diuji . Kata-kata seperti buku, pohon, orang, pengetahuan, kekasih, dan pikiran, tergolong sebagai kata benda karena dapat diikuti oleh kedua jenis kombinasi di atas. Mari kita buktikan.
Buku + yang mahal (KS) pengetahuan + yang sangat penting (KS)
pohon + yang rindang (KS) kekasih + yang sangat cantik (KS)
orang + yang baik (KS) pikiran + yang sanagt cemerlang (KS)
Selain itu untuk mengenali kata benda berimbuhan tabel di bawah ini dapat dijadikan pedoman.
d. Rumpun Kata Benda (Nomina)
Adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda (konkret maupun abstrak ). Kalau dicermati lebih lanjut,kata benda tidaklain dari nama benda yang diacunya. Ambillah sebagai contoh benda yang kita lihat atau kita rasakan sehari-hari, misalnya benda konkret buku, kunci, kendaraan, pohon, nasi, dan benda abstrak agama, pengetahuan, kehendak, peraturan, pikiran, nafsu, maka kita akan mengakui semua itu adalah nama suatu benda atau suatu hal. Oleh sebab itu kata benda disebut kata nama (nomina).
Kata benda sangat perlu dikenali karena kebanyakan kata benda akan berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan keterangan dalam kalimat.
Untuk mengenali jenis kata benda, kita dapat mengujinya antara lain dengan menambahkan yang + kata sifat (KS) atau yang sangat + kata sifat (KS) dibelakang kata yang diuji . Kata-kata seperti buku, pohon, orang, pengetahuan, kekasih, dan pikiran, tergolong sebagai kata benda karena dapat diikuti oleh kedua jenis kombinasi di atas. Mari kita buktikan.
Buku + yang mahal (KS) pengetahuan + yang sangat penting (KS)
pohon + yang rindang (KS) kekasih + yang sangat cantik (KS)
orang + yang baik (KS) pikiran + yang sanagt cemerlang (KS)
Selain itu untuk mengenali kata benda berimbuhan tabel di bawah ini dapat dijadikan pedoman.
AFIKS PEMBENTUK KATA BENDA
Bentuk | Imbuhan | Contoh |
Prefiks Sufiks Infiks Konfliks | Ke- Pe- Ter- -an -in -wan -em- -el- -er- -in- Ke- + -an Pe- + -an | Ketua,kekasih Petinju,pembela Terdakwa,tersangka Pikiran,tepian Hadirin,muslimin Ilmuan,karyawan Kemuning Telunjuk,pelatuk Serabut,seruling Kinerja,kinarsih Kehidupan pegunungan |
Selain kata benda yang jelas-jelas merupakan nama dari suatu benda, ada dua jenis kata lagi yang mengacu pada benda,yaitu kata ganti (pronomina) dan kata bilangan ( numeralia ) bukti bahwa dua kata itu mengacu pada benda terlihat dari batasan berikut. Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu pada nomina lain ( TBBI.1998 : 273 ) sedangkan numeralia adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang, atau barang ( TBBI . 1998 : 301 )
Berdasarkan uraian di atas sangatlah tepat jika para pakar penyusun TBII menempatkan nomina, pronomina, dan numeralia ke dalam satu bab karena sesungguhnya ketiga jenis kata itu sama-sama merujuk pada benda. Oleh karena itu, sanagatlah beralasan membentuk rumpun kata benda yang beranggotakan (1) kata benda (nomina) (2) kata ganti ( pronominal ) dan (3) kata bilangan (numeralia) . Salah satu alas an kuat dimasukkannya pronomina ke dalam rumpun kata benda adalah batasan pronomina persona yaitu “ pronomina yang dipakai untuk mengacu kepada orang ”. Batasan pronomina persona itu menunjukkan bahwa pronomina memang merujuk pada benda sehingga pronomina sebenarnya keta benda juga. ( lihat bagan di bawah)
PERSONA : 1. Pertama, makna ~ tunggal: saya, aku, daku, ku-, -ku
jamak ~ Netral : -
Eksklusif : kami
Inklusif : kita
2. Kedua, makna ~ tunggal: engkau, kamu, anda, dikau, kau-, -mu
jamak ~ Netral : kalian, kamu sekalian, anda
PERSONA : 1. Pertama, makna ~ tunggal: saya, aku, daku, ku-, -ku
jamak ~ Netral : -
Eksklusif : kami
Inklusif : kita
2. Kedua, makna ~ tunggal: engkau, kamu, anda, dikau, kau-, -mu
jamak ~ Netral : kalian, kamu sekalian, anda
sekalian
Eksklusif : -
Inklusif : -
3. Ketiga, makna ~ tunggal: ia,dia,beliau, -nya
jamak ~ Netral : mereka
Eksklusif : -
Inklusif : -
Eksklusif : -
Inklusif : -
3. Ketiga, makna ~ tunggal: ia,dia,beliau, -nya
jamak ~ Netral : mereka
Eksklusif : -
Inklusif : -
Di samping pronomina persona , ada pronomina penanya (apa, siapa, mana, kapan, dst.) yang dipakai untuk menanyakan benda (orang / barang). Selain itu, juga ada pronomina penyapa bu, pak, dok, prof, serta pronomina petunjuk umum ini,itu,anu yang juga mengacu pada benda.
Hal yang sama juga akan tampak jika kita memperhatikan eksistensi kata bilangan (numeralia). Seperti yang telah dikutip di atas , batasan numeralia menyuratkan fungsi numeralia untuk menghitung benda. Lebih dari itu,sebenarnya angka-angka , mulai dari nol- bahkan minus sekian- sampai plus sekian, tidak lain adalah ( sesuatu ) benda juga. Mari kita perhatikan contoh berikut :
tiga satu-satu
ketiga banyak (orang,mobil,uang,dst.)
tiga bersaudara setengah
berlima dua lusin puluhan dua setengah berjuta-juta para (dosen,mahasiswa,dst)
ketiga banyak (orang,mobil,uang,dst.)
tiga bersaudara setengah
berlima dua lusin puluhan dua setengah berjuta-juta para (dosen,mahasiswa,dst)
Apa yang terasa setelah membaca contoh numeralia di atas ? Tidak lain adalah bayangan benda-benda,kendatipun kata-kata di dalam kurung tidak ikut dibaca. Hal itu menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara contoh numeralia itu dengan benda-benda yang diacunya sehingga tidaklah berlebihan kalau dikatakan numeralia sebenarnya kata benda (nomina) juga.
e. Rumpun Kata Tugas
Bukanlah nama satu jenis kata, melainkan kumpulan kata dan partikel. Kumpulan ini lebih tepat dinamakan rumpun kata tugas. Anggota rumpun kata tugas ada lima,yaitu:
(1) Kata depan (preposisi)
(2) Kata sambung (konjungsi)
(3) Kata seru (interjeksi)
(4) Kata sandang (artikel)
(5) partikel
e. Rumpun Kata Tugas
Bukanlah nama satu jenis kata, melainkan kumpulan kata dan partikel. Kumpulan ini lebih tepat dinamakan rumpun kata tugas. Anggota rumpun kata tugas ada lima,yaitu:
(1) Kata depan (preposisi)
(2) Kata sambung (konjungsi)
(3) Kata seru (interjeksi)
(4) Kata sandang (artikel)
(5) partikel
Berbeda dengan kata kerja, kata sifat, kata keterangan, dan kata benda, seluruh kata tugas tidak mempunyai arti leksikal, yaitu arti kata secara lepas tanpa kaitan dengan kata lain ( mis.makan berarti ‘memasukkan sesuatu ke dalam mulut, dikunyah lalu ditelan’ ). Kata tugas seperti agar, dari, ke, yang, si, baru jelas artinya setelah dikaitkan dengan kata lain ; misalnya agar lulus uiian, dari kebun, yang sebelah kiri, si terhukum.
Selain tidak mempunyai arti leksikal, sebagian besar kata tugas tidak dapat berubah bentuknya seperti halnya kata dasar menjadi kata turunan. Jika dari verba pulang dapat diturunkan bentuk berpulang, memulangkan, kepulangan ; terhadap kata depan di, kata sambung yang, dan kata seru wah, tidak dapat dilakukan hal yang sama. Hanya sebagian kecil saja kata tugas yang dapat membentuk kata turunan seperti sebab, sampai, oleh, aduh, yang dapat antara lain menjadi disebabkan, penyampaian, memperoleh, mengaduh.
Kata tugas di pakai untuk berbagai tujuan. Peranannya ada yang sudah tergambar pada namanya : katasambung dipakai untuk menyambung bagian-bagian kalimat ;kata ser dipakai untuk membuat kalimat seru.
(a) Kata Depan (preposisi)
Adalah kata tugas yang selalu berada di depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan (frasa preposional). contoh : di kantor, di kota, dengan membunuh, oleh petugas sekretariat, tentang peristiwa itu, pada hari ahad, buat orang tuamu, bagi almamater tercinta, sejak kecil.
Kata yang dicetak miring dalam contoh diatas adalah preposisi. Adanya preposisi dengan di depan kata kerja memburuh,sejak di depan kata sifat kecil, dan sejumlah preposisi lain di depan kata benda, menjadikan seluruh contoh di atas adalah frasa preposional. Gabungan kata yang membentuk frasa preposional itu menghasilkan makna baru yang berbeda dengan makna kata asalnya sebelum membentuk frasa.
Selain tidak mempunyai arti leksikal, sebagian besar kata tugas tidak dapat berubah bentuknya seperti halnya kata dasar menjadi kata turunan. Jika dari verba pulang dapat diturunkan bentuk berpulang, memulangkan, kepulangan ; terhadap kata depan di, kata sambung yang, dan kata seru wah, tidak dapat dilakukan hal yang sama. Hanya sebagian kecil saja kata tugas yang dapat membentuk kata turunan seperti sebab, sampai, oleh, aduh, yang dapat antara lain menjadi disebabkan, penyampaian, memperoleh, mengaduh.
Kata tugas di pakai untuk berbagai tujuan. Peranannya ada yang sudah tergambar pada namanya : katasambung dipakai untuk menyambung bagian-bagian kalimat ;kata ser dipakai untuk membuat kalimat seru.
(a) Kata Depan (preposisi)
Adalah kata tugas yang selalu berada di depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan (frasa preposional). contoh : di kantor, di kota, dengan membunuh, oleh petugas sekretariat, tentang peristiwa itu, pada hari ahad, buat orang tuamu, bagi almamater tercinta, sejak kecil.
Kata yang dicetak miring dalam contoh diatas adalah preposisi. Adanya preposisi dengan di depan kata kerja memburuh,sejak di depan kata sifat kecil, dan sejumlah preposisi lain di depan kata benda, menjadikan seluruh contoh di atas adalah frasa preposional. Gabungan kata yang membentuk frasa preposional itu menghasilkan makna baru yang berbeda dengan makna kata asalnya sebelum membentuk frasa.
(b) Kata Sambung (konjungsi)
Adalah kata tugas yang menghubungkan dua kata atau dua kalimat. Karena peranannya sebagai kata penghubung, kata sambung, (konjungsi) disebut juga dengan istilah konjungtor. Di antara konjungtor yang ada , di bawah ini dipilihkan contoh konjungtor yang banyak dipakai dalam kalimat. Contoh :
………antara hidup dan mati.
Anda pasti berhasil kalau rajin belajar .
………oleh Presiden atau Wakil Presiden RI.
Pengetahuannya terbatas karena kurang membaca.
………bukan Amri,tetapi Amrin.
Rapat sudah dimulai ketika kami tiba.
………terhalang demonstran sehingga pertemuan tertunda.
Bersikaplah biasa agar mereka tidak curiga.
Selain menghubungkan dua kata , konjungtor juga dipakai untuk menautkan dua kalimat dengan cara memakai konjungtor pada awal kalimat yang kedua. Konjungtor itu dinamakan konjungtor antar kalimat. Contoh :
(1) Pak Susilo mengidap radang hati. Selain itu, dia juga terkena penyakit
Adalah kata tugas yang menghubungkan dua kata atau dua kalimat. Karena peranannya sebagai kata penghubung, kata sambung, (konjungsi) disebut juga dengan istilah konjungtor. Di antara konjungtor yang ada , di bawah ini dipilihkan contoh konjungtor yang banyak dipakai dalam kalimat. Contoh :
………antara hidup dan mati.
Anda pasti berhasil kalau rajin belajar .
………oleh Presiden atau Wakil Presiden RI.
Pengetahuannya terbatas karena kurang membaca.
………bukan Amri,tetapi Amrin.
Rapat sudah dimulai ketika kami tiba.
………terhalang demonstran sehingga pertemuan tertunda.
Bersikaplah biasa agar mereka tidak curiga.
Selain menghubungkan dua kata , konjungtor juga dipakai untuk menautkan dua kalimat dengan cara memakai konjungtor pada awal kalimat yang kedua. Konjungtor itu dinamakan konjungtor antar kalimat. Contoh :
(1) Pak Susilo mengidap radang hati. Selain itu, dia juga terkena penyakit
kencing manis.
(2) Situasi memang sudah membaik. Akan tetapi kita harus selalu siaga.
(3) Istri saya berbelanja ke Sarinah. Setelah itu dia ke salon.
(4) Ibu tidak sependapat dengan kamu. Walaupun begitu, Ibu tidak memaksa
(2) Situasi memang sudah membaik. Akan tetapi kita harus selalu siaga.
(3) Istri saya berbelanja ke Sarinah. Setelah itu dia ke salon.
(4) Ibu tidak sependapat dengan kamu. Walaupun begitu, Ibu tidak memaksa
kamu mengikuti saran Ibu.
Bentuk konjungtor antar kalimat tidak selalu dua kata seperti contoh di atas. Satu kata juga bias berperan menyambung dua kalimat. Inilah contoh lain konjungtor antar kalimat , baik yang berupa satu kata maupun yang lebih dari satu kata.
Contoh : meskipun demikian, walaupun begitu, kemudian, namun, tetapi, setelah itu, selanjutnya, tambahan pula, kecuali itu, dengan damikian, oleh karena itu, bertalian dengan itu
Bentuk konjungtor antar kalimat tidak selalu dua kata seperti contoh di atas. Satu kata juga bias berperan menyambung dua kalimat. Inilah contoh lain konjungtor antar kalimat , baik yang berupa satu kata maupun yang lebih dari satu kata.
Contoh : meskipun demikian, walaupun begitu, kemudian, namun, tetapi, setelah itu, selanjutnya, tambahan pula, kecuali itu, dengan damikian, oleh karena itu, bertalian dengan itu
(c) Kata Seru (Interjeksi)
Adalah kata tugas yang mengungkapkan seruan hati seperti rasa kagum, sedih, heran, dan jijik. Kata seru dipakai di dalam kalimat seruan atau kalimat perintah (imperatif). Contoh :
Ayo,maju terus,pantang mundur !
Aduh,gigiku sakit sekali !
Ih,bau benar kamar mandi itu !
Sial,memancing seharian,cuma dapat sedikit !
Astaga,dia bukannya berjaga,malahan pergi !
Adalah kata tugas yang mengungkapkan seruan hati seperti rasa kagum, sedih, heran, dan jijik. Kata seru dipakai di dalam kalimat seruan atau kalimat perintah (imperatif). Contoh :
Ayo,maju terus,pantang mundur !
Aduh,gigiku sakit sekali !
Ih,bau benar kamar mandi itu !
Sial,memancing seharian,cuma dapat sedikit !
Astaga,dia bukannya berjaga,malahan pergi !
(d) Kata Sandang Artikel
Adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah orang atau benda. Artikel ada tiga macam: (1) artikel yang menyatakan makna tunggal, (2) artikel yang menyatakan makna jamak, dan (3) artikel yang menyatakan makna netral. Contoh :
a) yang bermakna tunggal : sang guru,sang suami,sang putri,sang juara.
b) yang bermakna jamak : para petani,para hakim,para pemimpin,para ilmuan.
c) yang bermakna netral : si hitam manis,sidia,si terhkum,si cantik.
(e) Partikel.
Sebenarnya partikel berarti ’unsur-unsur kecil dari suatubenda’Analog dari makna tersebut , unsur kecil dalam bahasa, kecuali yang jelas satuan bentuknya,disebut partikel.
Adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah orang atau benda. Artikel ada tiga macam: (1) artikel yang menyatakan makna tunggal, (2) artikel yang menyatakan makna jamak, dan (3) artikel yang menyatakan makna netral. Contoh :
a) yang bermakna tunggal : sang guru,sang suami,sang putri,sang juara.
b) yang bermakna jamak : para petani,para hakim,para pemimpin,para ilmuan.
c) yang bermakna netral : si hitam manis,sidia,si terhkum,si cantik.
(e) Partikel.
Sebenarnya partikel berarti ’unsur-unsur kecil dari suatubenda’Analog dari makna tersebut , unsur kecil dalam bahasa, kecuali yang jelas satuan bentuknya,disebut partikel.
Dalam kaitan dengan kata tugas , partikel disini adalah partikel yang berpera membentuk kalimat tanya ( interogatif ), yaitu –kah dan –tah ; ditambah dengan –lah yang dipakai dalam kalimat perintah ( imperative ) dan kalimat pernyataan (deklaratif), serta –pun yang hanya dipakai dalam kalimat pernyataan.
Contoh :
-kah Apakah Bapak Ahmadi sudah datang?
Bagaimanakah naik pesawat ruang angkasa ?
Ke manakah akan kucari pengganti dirimu ?
-lah Apalah dayaku tanpa bantuanmu ?
Kalau kau mau,ambillah apel itu satu !
Pergilah segera sebelum jalan macet !
-tah Siapatah gerangan jodohku nanti ?
Apatah artinya hidupku tanpaengkau ?
-pun Apa pun yang terjadi,saya harus pergi.
Karena dosen berhalangan,kuliah pun dibatalkan 3) Frasa
Adalah kelompok kata yang tidak mengandung predikat dan belum membentuk klausa / kalimat . Pengertian kelompok kata bukanlah asal menyandangkan dua kata atau lebih yang tidak mempunyai hubungan sama sekali : atau kalaupun ada , hubungan itu sangat jauh sehingga tidak membentuk kesatuan makna. Kelompok awan fonem sandal jarum es atau traktor apotek sepeda pingsan , bukanlah frasa karena tidak mempunyai kesatuan makna ( ingat : hubungan bentuk dan makna yang sudah dibicarakan dimuka).
Ciri frasa ada tiga : (1) konstruksinya tidak mempunyai predikat ( nonpredikatif ) ; ( 2) proses pemaknaannya berbeda dengan idiom ;
-kah Apakah Bapak Ahmadi sudah datang?
Bagaimanakah naik pesawat ruang angkasa ?
Ke manakah akan kucari pengganti dirimu ?
-lah Apalah dayaku tanpa bantuanmu ?
Kalau kau mau,ambillah apel itu satu !
Pergilah segera sebelum jalan macet !
-tah Siapatah gerangan jodohku nanti ?
Apatah artinya hidupku tanpaengkau ?
-pun Apa pun yang terjadi,saya harus pergi.
Karena dosen berhalangan,kuliah pun dibatalkan 3) Frasa
Adalah kelompok kata yang tidak mengandung predikat dan belum membentuk klausa / kalimat . Pengertian kelompok kata bukanlah asal menyandangkan dua kata atau lebih yang tidak mempunyai hubungan sama sekali : atau kalaupun ada , hubungan itu sangat jauh sehingga tidak membentuk kesatuan makna. Kelompok awan fonem sandal jarum es atau traktor apotek sepeda pingsan , bukanlah frasa karena tidak mempunyai kesatuan makna ( ingat : hubungan bentuk dan makna yang sudah dibicarakan dimuka).
Ciri frasa ada tiga : (1) konstruksinya tidak mempunyai predikat ( nonpredikatif ) ; ( 2) proses pemaknaannya berbeda dengan idiom ;
(3) susunan katanya berpola tetap . Berikut uraiannya :
Setiap frasa tidak boleh mengandung predikat. Yang dimaksud predikat adalah kata yang menerangkan perbuatan/tindakan/sifat dari subyek (pelaku). Dalam contoh di bawah in, pada kolom kata berpredikat dengan mudah diketahui adanya unsur perbuatan / aksi dan sifat tertentu dari subyek, walaupun subyeknya tidak dicantumkan. Kelompok kata yang mengandung predikat berarti bukan frasa, mungkin klausa atau kalimat, sedangkan kelompok kata yang tidak memiliki predikat adalah frasa.
Setiap frasa tidak boleh mengandung predikat. Yang dimaksud predikat adalah kata yang menerangkan perbuatan/tindakan/sifat dari subyek (pelaku). Dalam contoh di bawah in, pada kolom kata berpredikat dengan mudah diketahui adanya unsur perbuatan / aksi dan sifat tertentu dari subyek, walaupun subyeknya tidak dicantumkan. Kelompok kata yang mengandung predikat berarti bukan frasa, mungkin klausa atau kalimat, sedangkan kelompok kata yang tidak memiliki predikat adalah frasa.
Contoh :
Klausa atau kalimat (Kelompok kata berpredikat) | Frasa (Kelompok kata tanpa predikat) |
Belajar bahasa indonesia Menghilang di balik awan Mambawa sejumlah persoalan Kakek minum air Sabun itu harum Gus Dur berbaju batik Datang berkunjung ahad lalu Diratakan dengan buldoser Menabrak tanpa disengaja Rajin belajar agar lulus ujian | Bahasa indonesia Di balik awan Sejumlah persoalan (pelik) Air minum kakek Sabun harum itu Baju batik Gus Dur Ahad yanglalu Dengan buldoser Tanpa disengaja Agar lulus ujian |
Makna frasa tidak sama dengan idiom walaupun keduanya berupa gabungan kata. Idiom adalahdua kata atau lebuh yang membentuk makna baru dan makna itu sudah bergeser jauh dari makna leksikal kata asal, sedangkan cakupan makna yang dibentuk oleh frasa masih di sekitar makna leksikal kata pembentuknya. Kalau proses pemaknaan itu dibuatkan dalam bentuk rumus, kira-kira bentuknya seperti di bawah ini.
Idiom ; A + B = C
Frasa : A + B = AB
Idiom ; A + B = C
Frasa : A + B = AB
Contoh :
Tipis kuping = tak tahan sindiran
Gulung tikar = bangkrut
Panjang tangan = pencuri
Main api = menyerempet bahaya
Makan hati = menderita batin
(A+B =C)
Jumpa pers = berjumpa dengan pers
Haus kekuasaan = haus akan kekuaasan
Siap tempur = siap untukbertempur
Terjun payung = terjun dengan (memakai) payung
Salah hitung = salah dalam perhitungan
(A + B = AB)
Susunan dalam frasa bersifat tegar ( fixed ), tidak tergoyahkan , dan tidak boleh dibalik. Kalau posisinya berpindah, kelompok kata itu berpindah secara utuh. Perhatikan contoh di dalam kalimat :
hari ini akan diadakan jumpa pers
jumpa pers akan diadakan hari ini.
Penulisan frasa jumpa pers sifatnya sudah final , tak dapat ditawar-tawar lagi menjadi pers jumpa. Kalau idiom, kadang-kadang “ bisa ditawar ” sehingga susunan kata-katanya dapat dipertukarkan.
Misal ; tipis kuping ~ kuping tipis
besar kepala ~ kepala besar
panjang tangan ~ tangan panjang
jumpa pers akan diadakan hari ini.
Penulisan frasa jumpa pers sifatnya sudah final , tak dapat ditawar-tawar lagi menjadi pers jumpa. Kalau idiom, kadang-kadang “ bisa ditawar ” sehingga susunan kata-katanya dapat dipertukarkan.
Misal ; tipis kuping ~ kuping tipis
besar kepala ~ kepala besar
panjang tangan ~ tangan panjang
Dalam pemakaiannya,lebih-lebih dalam bahasa lisan,pertukaran posisi kata dalam idiom umumnya tidak akan menimbulkan “ bencana ”.
Hati-hati bicara dengan si Arman, dia kuping tipis. ( seharusnya tipis kuping ) Biarpun kamu sudah sarjana, jangan kepala besar ! ( seharusnya besar kepala)
Awas, disini banyak tangan panjang! ( seharusnya panjang tangan )
Hati-hati bicara dengan si Arman, dia kuping tipis. ( seharusnya tipis kuping ) Biarpun kamu sudah sarjana, jangan kepala besar ! ( seharusnya besar kepala)
Awas, disini banyak tangan panjang! ( seharusnya panjang tangan )
Kondisi semacam itu tidak dapat diterapkan ke dalam frasa.
Susunan kata dalam frasa tidak dapat dipertukarkan.
Contoh :
Haus kekuasaan ~ kekuasaan haus
Siap tempur ~ tempur siap
Temu wicara ~ wicara temu
Semua contoh kata yang berupa gabungan kata, asalkan bukan idiom dapat disebut frasa. Seperti halnya kata frasa terdiri dari beberapa jenis ( ada 5 ), yaitu :
1. Frasa Kerja ( Verbal), contoh :
- Asyik belajar ( tindakan )
- Tidak harus pergi ( keadaan )
- Jatuh bangun ( proses )
2. Frasa Sifat ( Adjectival ), contoh :
- Kosong melompong
- Terang benderang
- Kedap suara
3. Frasa Keterangan ( Adverbial ), contoh :
- Pada jaman Jepang
- Di atas meja
- Sebelum subuh
4. Frasa Benda ( Nominal), contoh :
- Anak cucu
- Penyakit yang sangat berbahaya
- Lembar jawaban ujian akhir
5. Frasa Depan ( Preposisional ), contoh :
- Selain dari
- Sampai dengan
- Oleh karena
Susunan kata dalam frasa tidak dapat dipertukarkan.
Contoh :
Haus kekuasaan ~ kekuasaan haus
Siap tempur ~ tempur siap
Temu wicara ~ wicara temu
Semua contoh kata yang berupa gabungan kata, asalkan bukan idiom dapat disebut frasa. Seperti halnya kata frasa terdiri dari beberapa jenis ( ada 5 ), yaitu :
1. Frasa Kerja ( Verbal), contoh :
- Asyik belajar ( tindakan )
- Tidak harus pergi ( keadaan )
- Jatuh bangun ( proses )
2. Frasa Sifat ( Adjectival ), contoh :
- Kosong melompong
- Terang benderang
- Kedap suara
3. Frasa Keterangan ( Adverbial ), contoh :
- Pada jaman Jepang
- Di atas meja
- Sebelum subuh
4. Frasa Benda ( Nominal), contoh :
- Anak cucu
- Penyakit yang sangat berbahaya
- Lembar jawaban ujian akhir
5. Frasa Depan ( Preposisional ), contoh :
- Selain dari
- Sampai dengan
- Oleh karena
Beda frasa satu dengan lainnya terletak pada inti frasa. Inti frasa verbal : verba, inti frasa adjectiva : adjectiv, dst. Pembentuk frasa bisa lebih dari dua kata, bias kata dasar atau turunan. Makna frasa verbal adalah menyatakan tindakan, proses atau keadaan ( bukan sifat ), makna frasa adjectival : makan adjectiv, demikian juga makna frasa nominal : makna nomina, makna frasa preposisional : makna preposisi.
4) Makna dan Perubahannya
4) Makna dan Perubahannya
Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa denagn objek atau sesuatu ( hal ) yang diacunya ( ada 2 macam makna) .
a. Makna Leksikal / Denotasi
Adalah makna kata secara lepas tanpa kaitan dengan makna yang lain dalam sebuah struktur ( leksikon : kamus).
Makna leksikal disebut juga makna lugas, biasanya digunakan dalam surat-surat resmi,laporan, tulisan ilmiah dengan tujuan makna-makna menjadi pasti sehingga tidak terjadi salah taksir.
a. Makna Leksikal / Denotasi
Adalah makna kata secara lepas tanpa kaitan dengan makna yang lain dalam sebuah struktur ( leksikon : kamus).
Makna leksikal disebut juga makna lugas, biasanya digunakan dalam surat-surat resmi,laporan, tulisan ilmiah dengan tujuan makna-makna menjadi pasti sehingga tidak terjadi salah taksir.
b. Makna Gramatikal / Konotasi
adalah makna yang timbul akibat proses gramatikal, makna gramatikal disebut juga makna struktural karena makna yang timbul akan bergantung pada struktur tertentu sesuai dengan konteks lingkungan dan situasi tempat kata itu berada.
Biasanya digunakan dalam pigura bahasa untuk memperoleh makna estetis. Perhatikan contoh dibawah ini:
Lembah hitam ( daerah / tempat mesum )
Kuhitamkan negeri ini ( kutinggalkan untuk selamanya )
Dalam kaitan dengan makna dikenal beberapa istilah yang perlu diketahui, diantaranya :
a. Sinonim( padan kata )
Merupakan ungkapan yang maknanya hampir sama dengan ungkapan lain. Relasi sinonim selalu berlaku dua arah.
Sinonim dapat dibedakan menurut taraf dimana ia terdapat.
- Sinonim antar Kalimat,contoh : Saya melihat dia dan Dia kulihat
adalah makna yang timbul akibat proses gramatikal, makna gramatikal disebut juga makna struktural karena makna yang timbul akan bergantung pada struktur tertentu sesuai dengan konteks lingkungan dan situasi tempat kata itu berada.
Biasanya digunakan dalam pigura bahasa untuk memperoleh makna estetis. Perhatikan contoh dibawah ini:
Lembah hitam ( daerah / tempat mesum )
Kuhitamkan negeri ini ( kutinggalkan untuk selamanya )
Dalam kaitan dengan makna dikenal beberapa istilah yang perlu diketahui, diantaranya :
a. Sinonim( padan kata )
Merupakan ungkapan yang maknanya hampir sama dengan ungkapan lain. Relasi sinonim selalu berlaku dua arah.
Sinonim dapat dibedakan menurut taraf dimana ia terdapat.
- Sinonim antar Kalimat,contoh : Saya melihat dia dan Dia kulihat
- Sinonim antar Frasa, contoh : dua tangkai bunga dan bunga dua tangkai .
- Sinonim antar Kata, contoh : nasib dan takdir, memuaskan dan
- Sinonim antar Kata, contoh : nasib dan takdir, memuaskan dan
menyenangkan.
- Sinonim antar Morfem, contoh : pemirsa dan pirsawan, kestabillan dan
- Sinonim antar Morfem, contoh : pemirsa dan pirsawan, kestabillan dan
stabilitas.
Dua kata yang bersinonim dapat digabungkan sehingga memberi kesan yang lebih manis. Hasil penggabungan itu akan melahirkan frasa yang berasal dari kata majemuk. Yang harus dihindari dalam hal ini adalah penggabungan yang berlebih-lebihan sehingga melahirkan bentuk yang mubazir ( misalnya adalah merupakan, agar supaya, maka dengan demikian).
Contoh kata majemuk sebagai hasilpenggabungan kata yang bersinonim :
caci maki , fakir miskin, gagah perkasa, kasih sayang, sama rata, sunyi senyap, warta berita, yatim piatu, sehal wal’afiat.
b) Antonim (lawan kata)
Merupakan ungkapan yang maknanya kebalikan dari ungkapan yang lain. Relasi antonim selalu berlaku dua arah. Dapat dibedakan atas tatanan sistematis berikut ini.
- Antonim antar Kalimat,contoh ; Dia sakit dan dia tidak sakit
- Antonim antar Frasa, contoh : secara teratur dan secara tidak teratur.
- Antonim antar Kata, contoh ; mustahil dan mungkin,hidup dan mati
- Antonim antar Morfem, contoh : prasarjana dan pasca sarjana.contoh :
Dua kata yang bersinonim dapat digabungkan sehingga memberi kesan yang lebih manis. Hasil penggabungan itu akan melahirkan frasa yang berasal dari kata majemuk. Yang harus dihindari dalam hal ini adalah penggabungan yang berlebih-lebihan sehingga melahirkan bentuk yang mubazir ( misalnya adalah merupakan, agar supaya, maka dengan demikian).
Contoh kata majemuk sebagai hasilpenggabungan kata yang bersinonim :
caci maki , fakir miskin, gagah perkasa, kasih sayang, sama rata, sunyi senyap, warta berita, yatim piatu, sehal wal’afiat.
b) Antonim (lawan kata)
Merupakan ungkapan yang maknanya kebalikan dari ungkapan yang lain. Relasi antonim selalu berlaku dua arah. Dapat dibedakan atas tatanan sistematis berikut ini.
- Antonim antar Kalimat,contoh ; Dia sakit dan dia tidak sakit
- Antonim antar Frasa, contoh : secara teratur dan secara tidak teratur.
- Antonim antar Kata, contoh ; mustahil dan mungkin,hidup dan mati
- Antonim antar Morfem, contoh : prasarjana dan pasca sarjana.contoh :
Antonim diperlukan untuk menegaskan sesuatu dengan menyangkal atau mempertentangkan. Kata yang berantonim dapat digabungkan sehingga melahirkan frasa yang dapat menyemarakkan kalimat.
Contoh : atas bawah, bongkar pasang, jiwa raga, jual beli, jungkir balik,luar dalam , maju mundur, mau tak mau, dst.
Contoh : atas bawah, bongkar pasang, jiwa raga, jual beli, jungkir balik,luar dalam , maju mundur, mau tak mau, dst.
Perhatikan cotoh di bawah ini:
- Membongkar mesin itu mudah,tapi memasangnya sulit.
- Budi menjual sawahnya untuk membeli sebuah mobil.
- Di sana dia berutang,di sini dia berpiutang.
- Membongkar mesin itu mudah,tapi memasangnya sulit.
- Budi menjual sawahnya untuk membeli sebuah mobil.
- Di sana dia berutang,di sini dia berpiutang.
c) Homonim
Terjadi dua kata yang bentuk dan ucapannya sama tetapi maknanya berbeda. Contoh : mengukur ( dari kukur) dan mengukur (dari ukur). Selain homonym terdapat pula homofon ( jika dua kata mempunyai ucapan yang sama,tapi makna dan bentuk berbeda, contoh : sangsi = ragu-ragu dan sanksi (sangsi) dan homograf (jika dua kata mempunyai bentuk yang sama, tapi bunyi / ucapan dan makna berbeda, contoh : beruang = nama binatang, beruang = mempunyai uang.
d) Hiponim
Terjadi jika makna sebuah ungkapan merupakan bagian dari makna ungkapan yang lain ,contoh : merah bagian hiponim dari kata berwarna. Hiponim hanya berlaku satu arah. Bila hal itu sebaliknya, disebut hipernim, contoh ; berwarna hipernim
terhadap merah
Terjadi dua kata yang bentuk dan ucapannya sama tetapi maknanya berbeda. Contoh : mengukur ( dari kukur) dan mengukur (dari ukur). Selain homonym terdapat pula homofon ( jika dua kata mempunyai ucapan yang sama,tapi makna dan bentuk berbeda, contoh : sangsi = ragu-ragu dan sanksi (sangsi) dan homograf (jika dua kata mempunyai bentuk yang sama, tapi bunyi / ucapan dan makna berbeda, contoh : beruang = nama binatang, beruang = mempunyai uang.
d) Hiponim
Terjadi jika makna sebuah ungkapan merupakan bagian dari makna ungkapan yang lain ,contoh : merah bagian hiponim dari kata berwarna. Hiponim hanya berlaku satu arah. Bila hal itu sebaliknya, disebut hipernim, contoh ; berwarna hipernim
terhadap merah
Dalam pertumbuhan bahasa, makna suatu kata dapat mengalami perubahan. Perubahan itu dapat disebabkan oleh perbedaan tempat pemakaian, perbedaan waktu pemakaian, dan kehendak untuk member makan baru. Di antara perubahan penting makna yang penting adalh sebagai berikut :
1) MELUAS, yaitu jika cakupan makna sekarang lebih luas dari makna yang lama. Kata putra-putri yang dahulu hanya dipakai untuk anak-anak raja,sekarang dipakai untuk semua anak laki-laki dan perempuan.
2) MENYEMPIT, yaitu jika cakupan makna dulu lebih luas dari makna sekarang. Kata sarjana dulu dipakai untuk semua cendekiawan,sekarang hanya untuk gelar akademis.
3) AMELIORATIF, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari makna lama. Kata istri dan nyonya dirasakan lebih baik dari bini.
4) PEYORATIF, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih rendah nilainya dari makna lama (kebalikan dari amelioratif). Kata oknum dan gerombolan yang dianggap baik pada zaman lampau,sekarang maknanya jadi tidak baik.
5) SINESTESIS, yaitu perubahan makna yang terjadi karena pertukaran tanggapan dari dua indera yang berlainan. Contoh: kata-katanya manis. Manis sebenarnya tanggapan indera perasa,tapi dipakai untuk indera pendengar. Contoh lain: mukanya masam,pidatonya hambar.
ASOSIASI, yaitu perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat . Kata amplop yang berarti kertas pembungkus surat,dan sering juga dipakai sebagai pembungkus uang,berdasarkan persamaan tersebut dipakai untuk pengertian memberi sogokan. Beri dia amplop agar urusan cepat beres.
December 11, 2012 at 7:32 PM
Lumayan Bermanfaat
thanks