twitter
rss

1)  Morfem
                 adalah satuan bentuk terkecilyang dapat membedakan makna dan atau     
yang mempunyai makna. Wujud morfem dapat berupa imbuhan, partikel, dan   kata dasar.
            Kemampuan imbuhan sebagai pembeda makna sudah terbukti dalam butir 3.2. Bahkan, dalam  contoh  pembuktian  itu,selain imbuhan –an,di-,me-,ter- sudah dipakai pula salah satu partikel, yaitu –lah dalam kata makanlah.
Partikel adalah unsur-unsur kecil dalam bahasa. Dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonasia (1993:342),
partikel  -kah, -lah, -tah, diakui sebagai  klitika. Klitika  tidak   sama    dengan imbuhan. Contoh partikel selain -kah, -lah, -tah, adalah –pun. Partikel-partikel itu kita akui sebagai morfem karena merupakan bentuk terkecil yang dapat membedakan arti.
            Kata   dasar  tergolong sebagai  morfem karena juga berfungsi sebagai pembeda arti  dan wujudnya hanya  terdiri atas satu morfem. Kata dasar bawa, rumah,  main, tidak   dapat dipecah  lagi  menjadi  bentuk  yang   lebih    kecil. Sebaliknya, kata turunan terbawa, dirumahkan, dipermainkan,adalah kata-kata kompleks  yang dapat diuraikan lagi karena morfemnya lebih dari satu.
Menurut bentuk dan arti,morfem dapat dibedakan atas dua macam.
a)  Morfem  bebas, yaitu   morfem   yang dapat berdiri sendiri dari segi makna   
     Tanpa  harus  dihubungkan   dangan  morfem  yang lain. Semua kata dasar   
     tergolong sebagai morfem bebas.
 b) Morfem   terikat. Yaitu morfem    yang tidak dapat berdiri sendiri dari segi
     makna. Makna morfem terikat baru jelas
     setelah morfem itu dihubungkan dengan morfem yang lain.Semua imbuhan
     ( awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi  awalan dan  akhiran ) tergolong
     sebagai  morfem  terikat. Selain  itu  unsur-unsur  seperti partikel -lah, -kah 
     dan  bentuk  lain  yang  tidak  dapat  berdiri sendiri, juga tergolong sebagai
     morfem terikat .
2) Kata
                        adalah  bentuk   terkecil  (dari kalimat) yang  dapat berdiri  sendiri dan mempunyai arti. Dari segi  bentuknya  kata  dapat dibedakan atas dua macam : kata yang bermorfem tunggal ( kata dasar ), dan kata yang  bermorfem banyak  kata dasar : kata yang tidak berimbuhan Kata dasar pada umumnya berpotensi untuk dikembangkan untuk menjadi kata turunan, yaitu kata yng  berimbuhan. parhatikan contoh di bawah ini.
Kata dasar
Kata turunan
Rumah
Buku
Cerdas
Mulia
Dirumahkan,perumahan
Dibukukan,pembukuan
Kecerdasan,mencerdaskan
Dihukum,hukuman

Perubahan   kata     dasar   menjadi  kata turunan,selain mengakibatkan perubahan makna,  juga   perubahan makna.  Selanjutnya,    perubahan  makna mengakibatkan    perubahan jenis atau kelas kata. Masalah   jenis kata tersebut akan dibahas berikut ini.
            Secara  tradisional  pembagian  kelas  atau  jenis kata di dalam bahasa-bahasa  besar   di dunia, termasuk  bahasa indonesia,  umumnya terdiri atas 10 jenis kata,yaitu:
(1) Kata benda (nomina)                       (6) Kata bilangan (numeralia)
(2) Kata kerja (verba)                            (7) Kata sambung (konjungsi)
(3) Kata sifat (adjektiva)                        (8) Kata sandang (artikel)
(4) Kata ganti (pronomina)                    (9) Kata seru (interjeksi)
(5) Kata  keterangan (adverbia)            (10) Kata depan (preposisi)
            Pembagian    kata   atas    sepuluh  jenis  yang dilakukan oleh para ahli bahasa   tentulah  didasari  pertimbangan    yang   matang dan    didukung oleh alasanhyang kuat. Dalam bahasa indonesia,nama jenis kata-kata itu pun sudah dikenal  secara luas. Harus   diakui bahwa pembagian kata yang  dipopulerkan olah   Sutan   Takdir  Alisjahbana dan diikuti oleh sejumlahpenulis tata bahasa indonesia,cukup berpengaruh dan cukup lama mendominasi bidang morfologi bahasa indonesia.
            Sementara   itu   ilmu  bahasa  termasuk  morfologi, terus berkembang. Sejauh ini, sudah cukup banyak ahli  bahasa yang membagi kata atas beberapa  macam disertai argumentasinya masing-masing.
            Pembagian  kelas  bahasa  indonesia yang  paling  mutahir adalah yang diajukan  oleh Tim Depdikbud RI yang  terdapat  di dalam  buku Tata Bahasa Baku  Bahasa  Indonesia  (edisi perdana 1988). Di dalam buku itu , Moeliono, dkk. Mengelompokkan kata ke dalam lima jenis,yaitu
a.  Kata kerja (Verba)
                        Adalah   kata  yang  menyatakan perbuatan atau   tindakan, proses, dan keadaan yang  bukan  merupakan sifat.  Kata  kerja  pada  umumnya berfungsi sebagai predikat  dalam kalimat. Untuk  mengenali  jenis kata kerja, kita dapat mengujinya  dengan   menambahkan  dengan + kata benda ( KB )/ kata sifat (KS) di belakang kata yang diuji..
Kata tulis, pergi, bicara, lihat, menulis, bepergian, berbicara, melihat, tergolong  sebagai  kata  kerja    karena   jika  digabungkan   dengan      bentuk konstruksi  penguji   tadi   akan   akan    tercipta  arti   yang    jelas. Perhatikan penggabungan di bawah ini :
tulis + dangan pena (KB)                    menulis + dengan cepat (KS)
pergi + dengan adik (KB)                    bepergian + dengan gembira (KS)
bicara + dengan dosen (KB)               berbicara dengan fasih (KS)
lihat + dengan mata (KB)                    melihat  + dengan jelas (KS)
                         Pada  contoh  di  atas   tampak  bentuk  kata kerja ada dua macam : (1) kata kerja asal, yaitu kata kerja yang dapat berdiri sendiri di dalam kalimat tanpa bantuan afiks: misalnya tulis, pergi, bicara, lihat: (2) kata kerja turunan, yaitu   kata   kerja   yang   mempunyai  afiks :  misalnya  menulis,   bepergian, berbicara, melihat.  Khusus  untuk  mengenali  kata kerja turunan,dibawah ini disajikan tabel yang memuat afiks pembentuk beserta contohnya                        

AFIKS PEMBENTUK KATA KERJA
Bentuk
Imbuhan
Contoh
Prefiks
Sufiks
Konfiks
Ber-
Di-
Me-
-I
-kan
Ber- + -an
Ber- + -kan
Di- + -I
Di- + -kan
Ke- + -an
Memper-
Memper- + -I
Memper- + -kan
Me- + -kan
Per- +-I
Per- + -kan
Berkarya,bertemu,berlayar
Dibawa,dipakai
Melatih,membawa
Namai,tandai
Maafkan,camkan
Bepergian,berlarian
Beralaskan,berselimutkan
diselimuti,dipengaruhi
Dibuatkan,dibacakan
Kejatuhan,kedatangan
Memperjelas
Memperbaiki
Mempertanyakan
Meluruskan
Perbaiki,persenjatai
permasalahkan

Selain bentuk-bentuk di atas,ada pula bentuk kata kerja/verba yang  lain,diantaranya :
a) verba reduplikasi/ verba berulang dengan / tanpa  pengimbuhan :   misalnya             makan-makan, batuk-batuk, berlari-lari, tembak-menembak;
b) verba majemuk,  yaitu verba yang   terbentuk melalui proses penggabungan     satu  kata dengan kata yang lain, namun hasil penggabungan itu bukan idiom ; misalnya terjun paying ,temu wicara, siap tempur, tatap muka;
c) verba berpreposisi ,yaitu verba intransitif yang selalu diikuti  oleh preposisi tertentu ; misalnya tahu  akan, berdiskusi tentang, cinta pada, sejalan dengan, terdiri dari ,menyesal atas, tergolong sebagai.
b. Kata Sifat  (Adjektiva)
            Adalah    kata-kata  yang    menerangkan sifat, keadaan , watak,  tabiat seoarang,  binatang,  atau suatu benda.  Di  dalam kalimat,kata sifat umumnya berfungsi  sebagai penjelas subyek, predikat dan obyek.  Bentuk kata sifat ada dua macam : kata sifat berbentuk tunggal dan kata sifat  berimbuhan Kata sifat berbentuk tnggal memiliki ciri sebagai berikut :
(1)  Kata sifat dapat diberi keterangan pembanding seperti  lebih , kurang, dan
       paling ; misalnya lebih baik. kurang indah, paling  pandai.
(2)  Kata   sifat   dapat  diberi keterangan penguat seperti sangat, amat, benar,
       sekali, dan  terlalu  ; misalnya  sangat  senang,   amat luas,  mahal  benar,
       sedikit sekali, terlalu berat.
(3)  Kata sifat  dapat diingkari dengan kata ingkar tidak, misalnya tidak benar,
       tidak sehat.
Berdasarkan ciri-ciri di atas berikut ini adalah   kata sifat baik,  indah,  pandai, senang, luas, mahal,sedikit,berat,benar,sekali.
Kata  sifat   berbentuk  tunggal  dapat  dipilih dan   dihimpun  kedalam lima kelompok. Inilah nama kelompok yang dimaksud beserta contohnya :
 (a) keadaan / situasi ; misalnya aman, kacau ,tenang ,gawat.
 
(b) warna  ; misalnya ungu ,hijau, biru, merah
 (c) ukuran
; misalnya berat, ringan, tingg , besar
 (d) perasaan / sikap
; misalnya malu, sedih, bahagia, heran
 (e) serapan/indera
; misalnyaharum, manis, terang, jelas.
           
Kata  sifat  berimbuhan  mayoritas  dibentuk  dengan  bantuan  akhiran yang diserap dari  bahasa  Inggris  dan  bahasa  Arab yang  menjadi  produktif dalam bahasa Indonesia , yaitu akhiran -al, -I, -iah, -if, -ik, is, -er, dan  –wi.           
Selain akhiran tersebut, ada dua kombinasi afiks yng turut membentuk kata sifat, yaitu konfiks ke- + -an dan se- + -nya,namun bentuk dasarnya harus diulang ( reduplikasi ).  Secara lengkap, contoh  kata  sifat  berimbuhan  dapat dilihat  dalam tabel di bawah ini.
Bentuk
Imbuhan
Contoh
Sufiks
Konfiks
-al
-I
-iah
-If
-ik
-is
-er
-wi
Ke- + -an
dengan reduplikasi)
Se- + -nya
(dengan reduplikasi)
Formal,nasional
Abadi,alami,hewani
Lahiriah,ilmiah
Aktif.fiktif,reaktif
Elektronik
Praktis,anarkis
Parlementer
Manusiawi,kimiawi
Keinggris-inggrisan, kekanak-kanakan
Sebaik-baiknya,
Sepandai-pandainya

c.  Kata keterangan  (Adverbia)
                        Adalah kata yang menerangkan  predikat  suatu kalimat. Dengan tugas  itu,  adverbia akan   mengisi keterangan dalam  kalimat. Menurut  A lwi , dkk. (1998 : 366) , keterangan  di   dalam   kalimat  ada   sembilan   macam. Semua keterangan    itu  diisi   oleh   beraneka  bentuk  adverbia seperti tampak dalam contoh di bawah ini :
(1) yang menyatakan waktu :  sekarang, besok ,beberapa  hari lagi, pada
      masa lalu,sejak     tahun 1945;
(2) yang   menyatakan   tempat   dan    arah : di  sana, ke kampus,  dari
      bogor,  di atas meja, di selatan khatulistiwa.
(3) yang menyatakan tujuan  : untuk  merantaudemi  keluarga,   untuk  
      mencerdaskan bangsa,bagi tanah air dan negara.
(4) yang  menyatakan    cara  : segera,  sekuat-kuatnya,  lama-lama, baik-
      baik,kecil-kecilan,dengan terang-terangan, dengan perhatian penuh.
(5) yang menyatakan penyertaan :  dengan karyawan, bersama   rakyat
     tanpa guru.
(6) yang menyatakan  alat : dengan   kereta api,  dengan sepeda,   dengan
      gunting,dengan kapak merah.
(7) yang      menyatakan   kemiripan  : laksana putri,   bagaikan karang,    
      seperti petinju.
(8) yang   menyatakan    penyebaban     : karena    inflasi, karena   krisis
      keuangan, karena cinta.
(9) yang menyatakan kesalingan : satu sama lain.
                        Setelah    memperhatikan    contoh   adverbial   di    atas,   kita     dapat menyimpulkan bahwa sebagian besar adverbia berbentuk gabungan kata.       
Hal ini   merupakan  tuntutan   logis dari kedudukan adverbial  sebagai keterangan  di dalam  kalimat. Disamping itu, untuk menyatakan  berbagai hal sebagai keterangan, sering tidak cukup  dengan satu  kata sehingga diperlukan kehadiran kelompok kata keterangan yang disebut fraseaadverbia. 
d.  Rumpun Kata Benda (Nomina)
                        Adalah   kata  yang   mengacu  kepada sesuatu benda (konkret maupun abstrak ). Kalau  dicermati  lebih lanjut,kata benda   tidaklain dari nama benda yang   diacunya. Ambillah   sebagai   contoh    benda   yang kita lihat atau kita rasakan  sehari-hari,  misalnya  benda  konkret buku, kunci, kendaraan, pohon, nasi,   dan  benda  abstrak agama,  pengetahuan, kehendak,  peraturan, pikiran, nafsu, maka   kita  akan   mengakui  semua  itu  adalah  nama suatu benda atau suatu hal. Oleh sebab itu kata benda disebut kata nama (nomina).
                        Kata benda sangat perlu dikenali karena  kebanyakan kata benda  akan berfungsi sebagai  subjek, objek,  pelengkap,  dan   keterangan  dalam kalimat.
            Untuk mengenali jenis kata benda,  kita   dapat mengujinya antara lain dengan menambahkan  yang + kata  sifat  (KS)  atau  yang  sangat + kata sifat (KS) dibelakang   kata   yang   diuji . Kata-kata   seperti   buku,    pohon,        orang, pengetahuan, kekasih, dan pikiran, tergolong  sebagai kata benda karena dapat diikuti oleh kedua jenis kombinasi di atas.  Mari kita buktikan.
            Buku +  yang mahal (KS)        pengetahuan + yang sangat penting  (KS)
            pohon +  yang rindang (KS)    kekasih +  yang sangat cantik (KS)
            orang +  yang baik (KS)           pikiran + yang sanagt cemerlang (KS)
                        Selain itu untuk  mengenali kata benda berimbuhan tabel di bawah ini  dapat dijadikan pedoman.


AFIKS PEMBENTUK KATA BENDA
Bentuk
Imbuhan
Contoh
Prefiks
Sufiks
Infiks
Konfliks
Ke-
Pe-
Ter-
-an
-in
-wan
-em-
-el-
-er-
-in-
Ke- + -an
Pe- + -an
Ketua,kekasih
Petinju,pembela
Terdakwa,tersangka
Pikiran,tepian
Hadirin,muslimin
Ilmuan,karyawan
Kemuning
Telunjuk,pelatuk
Serabut,seruling
Kinerja,kinarsih
Kehidupan
pegunungan
Selain kata benda  yang  jelas-jelas  merupakan nama dari suatu benda, ada dua jenis kata lagi yang mengacu pada benda,yaitu kata ganti (pronomina) dan kata bilangan ( numeralia ) bukti bahwa dua kata itu mengacu pada benda terlihat   dari  batasan  berikut. Pronomina  adalah  kata   yang  dipakai   untuk mengacu pada nomina lain ( TBBI.1998 : 273 ) sedangkan  numeralia   adalah  kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang, atau   barang ( TBBI . 1998 : 301 )
Berdasarkan  uraian  di atas  sangatlah  tepat  jika para pakar penyusun TBII   menempatkan  nomina,   pronomina, dan numeralia ke   dalam satu bab karena  sesungguhnya  ketiga  jenis kata  itu  sama-sama  merujuk pada benda. Oleh  karena itu, sanagatlah   beralasan   membentuk rumpun kata benda yang beranggotakan (1)  kata     benda  (nomina)  (2) kata ganti  ( pronominal )  dan (3) kata   bilangan    (numeralia) .   Salah  satu alas an  kuat     dimasukkannya pronomina  ke   dalam   rumpun kata benda adalah batasan pronomina persona yaitu    “ pronomina yang dipakai   untuk   mengacu kepada orang ”.   Batasan pronomina   persona    itu   menunjukkan  bahwa pronomina memang merujuk pada benda sehingga  pronomina  sebenarnya keta benda juga. ( lihat bagan  di bawah)
PERSONA  :  1. Pertama, makna ~ tunggal: saya, aku, daku, ku-, -ku
                                                         jamak ~ Netral      : -
                                                                       Eksklusif : kami
                                                                        Inklusif    : kita
             2. Kedua, makna  ~ tunggal:  engkau, kamu, anda, dikau, kau-, -mu
                                             jamak ~ Netral        : kalian, kamu sekalian, anda
                                                                   sekalian
                                                           Eksklusif   : -
                                                           Inklusif      : -
             3. Ketiga, makna ~ tunggal: ia,dia,beliau, -nya
                                             jamak ~ Netral      : mereka
                                                           Eksklusif   : -
                                                           Inklusif      : -
Di samping pronomina persona , ada   pronomina  penanya (apa, siapa, mana, kapan, dst.)   yang  dipakai  untuk menanyakan benda (orang /  barang). Selain itu,  juga ada   pronomina penyapa  bu, pak, dok,  prof, serta pronomina petunjuk umum ini,itu,anu yang juga mengacu pada benda.                                                                                              
Hal yang sama juga akan   tampak   jika kita memperhatikan eksistensi kata   bilangan  (numeralia). Seperti yang      telah dikutip di atas ,        batasan numeralia menyuratkan fungsi numeralia untuk menghitung benda. Lebih dari itu,sebenarnya angka-angka ,  mulai dari nol- bahkan    minus   sekian- sampai plus sekian, tidak lain adalah   ( sesuatu ) benda juga. Mari  kita      perhatikan contoh berikut :
tiga                                  satu-satu                                         
ketiga                              banyak (orang,mobil,uang,dst.)         
tiga bersaudara                setengah                                                              
berlima                            dua lusin                                                                               puluhan                          dua setengah                                                                        berjuta-juta                     para (dosen,mahasiswa,dst)
Apa   yang  terasa setelah  membaca contoh   numeralia di atas ? Tidak lain adalah bayangan benda-benda,kendatipun kata-kata di dalam kurung tidak ikut dibaca. Hal itu menunjukkan   adanya   korelasi yang   kuat antara  contoh numeralia  itu   dengan   benda-benda   yang       diacunya   sehingga   tidaklah berlebihan kalau dikatakan  numeralia sebenarnya kata benda (nomina) juga.
e. Rumpun Kata Tugas
                        Bukanlah nama satu jenis kata, melainkan kumpulan kata dan partikel. Kumpulan ini lebih tepat dinamakan rumpun kata tugas. Anggota rumpun kata tugas ada lima,yaitu:
(1) Kata depan (preposisi)
(2) Kata sambung (konjungsi)
(3) Kata seru (interjeksi)
(4) Kata sandang (artikel)
(5) partikel                                                                                                              
Berbeda dengan   kata kerja,  kata sifat,    kata keterangan,  dan      kata benda,  seluruh kata tugas tidak mempunyai arti leksikal, yaitu arti kata secara lepas tanpa kaitan dengan kata lain (  mis.makan berarti ‘memasukkan sesuatu ke dalam mulut,  dikunyah   lalu ditelan’ ).  Kata   tugas  seperti agar, dari, ke, yang, si, baru jelas artinya setelah dikaitkan   dengan kata lain ; misalnya agar lulus uiian, dari kebun, yang sebelah kiri, si terhukum.
            Selain tidak mempunyai  arti  leksikal,  sebagian besar kata tugas tidak dapat berubah bentuknya seperti halnya kata dasar menjadi  kata turunan. Jika dari    verba   pulang    dapat   diturunkan   bentuk   berpulang, memulangkan, kepulangan ; terhadap kata  depan di, kata sambung  yang,  dan kata seru wah, tidak  dapat   dilakukan hal yang  sama. Hanya   sebagian kecil saja kata tugas yang dapat membentuk kata turunan seperti sebab,   sampai,  oleh, aduh, yang dapat antara lain menjadi disebabkan, penyampaian, memperoleh, mengaduh.
           
Kata tugas di pakai untuk berbagai tujuan. Peranannya ada yang sudah tergambar pada namanya : katasambung dipakai  untuk  menyambung bagian-bagian kalimat ;kata ser dipakai untuk membuat kalimat seru.
(a) Kata Depan (preposisi)
            Adalah kata tugas yang selalu berada di depan kata benda,  kata    sifat, atau kata kerja   untuk    membentuk gabungan kata depan (frasa preposional). contoh :   di   kantor, di kota,   dengan    membunuh, oleh  petugas sekretariat, tentang  peristiwa   itu,  pada hari ahad,   buat orang tuamu,  bagi   almamater tercinta, sejak  kecil.
            Kata  yang dicetak miring  dalam contoh    diatas    adalah     preposisi. Adanya  preposisi dengan  di depan  kata  kerja memburuh,sejak di depan kata sifat kecil, dan sejumlah    preposisi lain di    depan  kata  benda,   menjadikan seluruh   contoh   di atas  adalah  frasa   preposional. Gabungan    kata      yang membentuk  frasa   preposional  itu  menghasilkan  makna  baru yang berbeda dengan makna kata asalnya sebelum membentuk frasa.
(b) Kata Sambung (konjungsi)
                        Adalah kata  tugas  yang   menghubungkan dua kata  atau dua kalimat. Karena   peranannya    sebagai    kata penghubung,  kata sambung, (konjungsi) disebut juga dengan istilah konjungtor. Di antara  konjungtor   yang ada ,     di bawah ini dipilihkan contoh konjungtor yang banyak dipakai dalam kalimat. Contoh :
………antara hidup dan mati.
Anda pasti berhasil kalau rajin belajar .
………oleh Presiden atau Wakil Presiden RI.
Pengetahuannya terbatas karena kurang membaca.
………bukan Amri,tetapi Amrin.
Rapat sudah dimulai ketika kami tiba.
………terhalang demonstran sehingga pertemuan tertunda.
Bersikaplah biasa agar mereka tidak curiga.
                        Selain   menghubungkan   dua  kata ,  konjungtor   juga  dipakai  untuk menautkan   dua   kalimat dengan cara memakai konjungtor pada awal kalimat yang kedua. Konjungtor itu dinamakan konjungtor antar kalimat. Contoh :
(1) Pak   Susilo  mengidap    radang hati. Selain itu,   dia juga terkena penyakit
      kencing manis.
(2) Situasi memang sudah membaik. Akan tetapi kita harus selalu siaga.
(3) Istri saya berbelanja ke Sarinah. Setelah itu dia ke salon.
(4) Ibu tidak sependapat  dengan  kamu. Walaupun begitu, Ibu tidak memaksa
      kamu mengikuti saran Ibu.
                        Bentuk konjungtor antar kalimat tidak selalu dua kata seperti contoh di atas. Satu kata   juga  bias   berperan menyambung dua  kalimat. Inilah contoh lain konjungtor antar kalimat , baik yang berupa satu kata maupun   yang lebih dari satu kata.
Contoh : meskipun   demikian,   walaupun begitu,   kemudian,   namun, tetapi, setelah itu,   selanjutnya,   tambahan pula, kecuali itu, dengan   damikian, oleh karena itu, bertalian dengan itu
(c) Kata Seru (Interjeksi)
                        Adalah   kata   tugas   yang    mengungkapkan   seruan hati seperti rasa kagum, sedih, heran, dan jijik. Kata seru dipakai di  dalam kalimat seruan atau kalimat perintah (imperatif).  Contoh :
        Ayo,maju terus,pantang mundur !
        Aduh,gigiku sakit sekali !
        Ih,bau benar kamar mandi itu !
        Sial,memancing seharian,cuma dapat sedikit !
        Astaga,dia bukannya berjaga,malahan pergi !
(d) Kata Sandang Artikel
                        Adalah   kata  tugas   yang   membatasi     makna   jumlah    orang atau benda.
Artikel ada tiga macam: (1) artikel yang menyatakan   makna   tunggal, (2) artikel yang menyatakan makna jamak,  dan (3) artikel    yang menyatakan makna netral. Contoh :
a) yang bermakna tunggal : sang guru,sang suami,sang putri,sang juara.
b) yang bermakna jamak : para petani,para hakim,para pemimpin,para ilmuan.
c) yang bermakna netral : si hitam manis,sidia,si terhkum,si cantik.
(e) Partikel.
                       
Sebenarnya partikel berarti ’unsur-unsur kecil dari suatubenda’Analog dari makna tersebut ,  unsur  kecil dalam bahasa,      kecuali yang   jelas satuan bentuknya,disebut partikel.
Dalam kaitan dengan kata tugas ,    partikel disini  adalah partikel yang berpera    membentuk   kalimat   tanya (  interogatif      ), yaitu –kah dan –tah ; ditambah dengan –lah yang  dipakai dalam kalimat perintah ( imperative ) dan kalimat pernyataan (deklaratif), serta –pun yang hanya dipakai  dalam kalimat pernyataan.
Contoh :
-kah     Apakah Bapak  Ahmadi sudah datang?
            Bagaimanakah naik pesawat ruang angkasa ?
            Ke manakah akan kucari pengganti dirimu ?
-lah      Apalah dayaku tanpa bantuanmu ?
            Kalau kau mau,ambillah apel itu satu !
            Pergilah segera sebelum jalan macet  !
-tah      Siapatah gerangan jodohku nanti ?
            Apatah artinya hidupku tanpaengkau ?
-pun     Apa pun yang terjadi,saya harus pergi.
            Karena dosen berhalangan,kuliah pun dibatalkan                                               3) Frasa
                       
Adalah   kelompok   kata   yang tidak mengandung predikat dan belum membentuk    klausa / kalimat . Pengertian    kelompok   kata   bukanlah    asal menyandangkan dua   kata atau lebih yang   tidak  mempunyai hubungan sama sekali : atau    kalaupun ada ,   hubungan   itu    sangat   jauh  sehingga     tidak membentuk    kesatuan  makna.  Kelompok awan   fonem sandal jarum es atau traktor  apotek  sepeda   pingsan ,    bukanlah   frasa   karena tidak mempunyai kesatuan makna ( ingat : hubungan bentuk dan makna yang sudah dibicarakan dimuka).
            Ciri frasa  ada tiga : (1)   konstruksinya   tidak     mempunyai   predikat ( nonpredikatif )  ;   ( 2) proses   pemaknaannya    berbeda   dengan       idiom ; 
(3) susunan katanya berpola tetap . Berikut uraiannya :
            Setiap frasa   tidak   boleh mengandung   predikat. Yang   dimaksud    predikat adalah kata yang   menerangkan perbuatan/tindakan/sifat dari subyek (pelaku). Dalam   contoh di    bawah in,    pada kolom    kata berpredikat dengan mudah diketahui   adanya   unsur   perbuatan / aksi   dan sifat   tertentu     dari subyek, walaupun   subyeknya  tidak  dicantumkan. Kelompok kata yang mengandung predikat     berarti  bukan  frasa,   mungkin  klausa   atau   kalimat,  sedangkan kelompok  kata  yang  tidak   memiliki predikat adalah frasa.
            Contoh :
Klausa atau kalimat
(Kelompok kata berpredikat)
  Frasa
(Kelompok kata tanpa predikat)
Belajar bahasa indonesia
Menghilang di balik awan
Mambawa sejumlah persoalan
Kakek minum air
Sabun itu harum
Gus Dur berbaju batik
Datang berkunjung ahad lalu
Diratakan dengan buldoser
Menabrak tanpa disengaja
Rajin belajar agar lulus ujian
Bahasa indonesia
Di balik  awan
Sejumlah persoalan (pelik)
Air minum kakek
Sabun harum itu
Baju batik Gus Dur
Ahad yanglalu
Dengan buldoser
Tanpa disengaja
Agar lulus ujian
Makna   frasa  tidak   sama   dengan idiom walaupun keduanya berupa gabungan kata. Idiom adalahdua kata atau lebuh yang membentuk makna baru dan makna itu  sudah  bergeser jauh   dari makna leksikal kata asal, sedangkan cakupan makna yang dibentuk oleh frasa masih di sekitar makna  leksikal kata pembentuknya.  Kalau   proses pemaknaan itu dibuatkan dalam bentuk rumus, kira-kira  bentuknya seperti di bawah ini.
Idiom ; A + B = C
Frasa : A + B = AB
Contoh :
Tipis kuping        =  tak tahan sindiran
Gulung tikar       =  bangkrut
Panjang tangan  =  pencuri
Main api              =  menyerempet bahaya
Makan hati          =  menderita batin
                                                              
                                                     (A+B =C)
Jumpa pers             =  berjumpa dengan pers
Haus kekuasaan     =  haus akan kekuaasan
Siap tempur            =  siap untukbertempur
Terjun payung        =   terjun dengan (memakai) payung
Salah hitung            =   salah dalam perhitungan
                                                (A + B  =  AB)
Susunan  dalam    frasa bersifat tegar ( fixed ),  tidak tergoyahkan , dan tidak boleh dibalik.  Kalau posisinya   berpindah, kelompok kata itu berpindah secara utuh. Perhatikan contoh di dalam kalimat  :
hari ini akan diadakan jumpa pers
 jumpa pers akan diadakan hari ini.   
Penulisan frasa jumpa pers sifatnya sudah  final ,  tak dapat ditawar-tawar lagi menjadi pers jumpa.  Kalau    idiom, kadang-kadang “ bisa ditawar ” sehingga susunan kata-katanya dapat dipertukarkan.
Misal ;  tipis kuping            ~         kuping tipis
             besar kepala           ~         kepala besar
             panjang tangan       ~         tangan panjang
Dalam pemakaiannya,lebih-lebih dalam bahasa lisan,pertukaran posisi kata  dalam  idiom  umumnya tidak   akan menimbulkan “ bencana ”.
Hati-hati  bicara  dengan      si  Arman,  dia  kuping  tipis. (   seharusnya   tipis kuping )      Biarpun kamu  sudah sarjana,  jangan kepala besar  ! ( seharusnya besar kepala)
Awas, disini banyak tangan panjang! ( seharusnya panjang tangan )
Kondisi semacam itu tidak dapat diterapkan ke dalam frasa.
            Susunan kata dalam frasa tidak dapat dipertukarkan.
Contoh :
Haus kekuasaan ~ kekuasaan haus
Siap tempur ~ tempur siap
Temu wicara ~ wicara temu
            Semua contoh   kata   yang berupa   gabungan kata,    asalkan     bukan idiom dapat disebut frasa.  Seperti halnya kata frasa terdiri dari beberapa jenis ( ada 5 ), yaitu :
1.  Frasa Kerja ( Verbal), contoh :
      -  Asyik belajar  ( tindakan )
      -  Tidak harus pergi ( keadaan )
      -  Jatuh bangun ( proses )
2.  Frasa Sifat ( Adjectival ), contoh :
     - Kosong melompong 
     - Terang benderang
     - Kedap suara
3.  Frasa Keterangan ( Adverbial ), contoh :
     - Pada jaman Jepang
     - Di atas meja
     - Sebelum subuh
4.  Frasa Benda ( Nominal), contoh :
     - Anak cucu
     - Penyakit yang sangat berbahaya
     - Lembar jawaban ujian akhir
5.  Frasa Depan ( Preposisional ), contoh :
     - Selain dari
     - Sampai dengan
     - Oleh karena
Beda frasa satu dengan lainnya terletak pada inti frasa. Inti frasa verbal  : verba, inti frasa adjectiva : adjectiv, dst.  Pembentuk frasa bisa lebih dari dua kata, bias   kata dasar  atau turunan. Makna  frasa verbal    adalah menyatakan tindakan, proses atau  keadaan ( bukan sifat ),  makna frasa adjectival : makan adjectiv,  demikian juga  makna frasa nominal : makna  nomina,  makna  frasa preposisional : makna preposisi.
4) Makna dan Perubahannya
Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa denagn objek atau sesuatu ( hal ) yang diacunya ( ada 2 macam makna) .
a.  Makna Leksikal / Denotasi
             Adalah makna kata secara lepas tanpa kaitan dengan makna yang lain dalam sebuah struktur ( leksikon : kamus).
             Makna leksikal disebut juga makna lugas, biasanya digunakan dalam surat-surat resmi,laporan, tulisan ilmiah dengan  tujuan makna-makna menjadi pasti sehingga tidak terjadi  salah taksir.                
b.  Makna Gramatikal / Konotasi
            adalah makna yang timbul akibat proses gramatikal, makna gramatikal disebut  juga  makna  struktural  karena makna yang timbul akan    bergantung pada struktur tertentu  sesuai  dengan konteks  lingkungan  dan  situasi tempat kata itu berada.
            Biasanya  digunakan  dalam pigura bahasa  untuk memperoleh  makna estetis. Perhatikan contoh dibawah ini:
            Lembah hitam ( daerah / tempat mesum  )
            Kuhitamkan negeri ini ( kutinggalkan untuk selamanya )
            Dalam  kaitan  dengan  makna  dikenal  beberapa   istilah   yang   perlu diketahui, diantaranya :
a.  Sinonim( padan kata )
            Merupakan ungkapan yang   maknanya hampir sama dengan ungkapan lain. Relasi sinonim selalu berlaku dua arah.
            Sinonim dapat dibedakan menurut taraf dimana ia terdapat.
- Sinonim antar Kalimat,contoh : Saya melihat dia dan Dia kulihat                                                                                                             
- Sinonim antar  Frasa, contoh : dua tangkai bunga dan bunga dua tangkai .
-
Sinonim antar Kata, contoh : nasib dan takdir, memuaskan dan
                                                     menyenangkan.
-
Sinonim antar Morfem, contoh : pemirsa dan pirsawan, kestabillan dan
                                                           stabilitas.
           
Dua  kata   yang    bersinonim dapat digabungkan   sehingga  memberi kesan yang lebih manis. Hasil  penggabungan  itu akan melahirkan frasa yang berasal   dari   kata    majemuk. Yang   harus   dihindari dalam    hal ini adalah penggabungan   yang berlebih-lebihan   sehingga    melahirkan   bentuk   yang mubazir ( misalnya adalah merupakan, agar supaya, maka dengan demikian).
Contoh kata majemuk sebagai hasilpenggabungan kata yang bersinonim :
caci   maki , fakir miskin, gagah   perkasa, kasih   sayang, sama    rata,   sunyi senyap, warta berita, yatim piatu, sehal wal’afiat.
b) Antonim  (lawan kata)
             Merupakan ungkapan yang maknanya kebalikan dari ungkapan yang lain. Relasi   antonim selalu   berlaku dua   arah. Dapat dibedakan atas tatanan sistematis berikut ini.
- Antonim antar Kalimat,contoh ; Dia sakit dan dia tidak sakit
- Antonim antar Frasa, contoh :
secara teratur dan secara tidak teratur.
- Antonim antar Kata, contoh ; mustahil dan mungkin,hidup dan mati
- Antonim antar Morfem, contoh
: prasarjana dan pasca sarjana.contoh :
Antonim diperlukan  untuk menegaskan  sesuatu dengan   menyangkal atau mempertentangkan. Kata yang   berantonim  dapat digabungkan sehingga melahirkan frasa yang dapat menyemarakkan kalimat.
Contoh :  atas bawah, bongkar pasang, jiwa raga, jual beli, jungkir balik,luar dalam , maju mundur, mau tak mau, dst.
Perhatikan cotoh di bawah ini:
- Membongkar mesin itu mudah,tapi memasangnya sulit.
- Budi menjual sawahnya untuk membeli sebuah mobil.
- Di sana dia berutang,di sini dia berpiutang.
c) Homonim
            Terjadi  dua kata   yang   bentuk dan ucapannya sama tetapi maknanya   berbeda. Contoh : mengukur   ( dari kukur) dan   mengukur (dari ukur).  Selain homonym  terdapat  pula homofon ( jika dua    kata mempunyai  ucapan yang sama,tapi makna dan bentuk   berbeda, contoh  : sangsi = ragu-ragu dan sanksi (sangsi) dan homograf (jika  dua kata     mempunyai   bentuk yang sama,  tapi bunyi / ucapan dan   makna    berbeda,   contoh :    beruang =   nama binatang, beruang = mempunyai uang.
d) Hiponim
             Terjadi jika makna sebuah ungkapan merupakan bagian  dari makna ungkapan yang lain ,contoh : merah bagian hiponim dari kata berwarna. Hiponim hanya berlaku satu arah.  Bila  hal  itu  sebaliknya, disebut hipernim, contoh ;  berwarna hipernim
               terhadap merah
Dalam pertumbuhan  bahasa,  makna   suatu kata dapat mengalami perubahan. Perubahan itu dapat disebabkan oleh perbedaan tempat pemakaian,  perbedaan waktu pemakaian, dan kehendak untuk member  makan baru. Di antara   perubahan penting makna yang penting adalh sebagai berikut :
1)      MELUAS, yaitu jika cakupan makna sekarang lebih luas dari makna yang lama. Kata putra-putri yang dahulu hanya dipakai untuk anak-anak raja,sekarang dipakai untuk semua anak laki-laki dan perempuan.
2)      MENYEMPIT, yaitu jika cakupan makna dulu lebih luas dari makna sekarang. Kata sarjana dulu dipakai untuk semua cendekiawan,sekarang hanya untuk gelar akademis.
3)      AMELIORATIF, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari makna lama. Kata istri dan nyonya dirasakan lebih baik dari bini.
4)      PEYORATIF, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih rendah nilainya dari makna lama (kebalikan dari amelioratif). Kata oknum dan gerombolan yang dianggap baik pada zaman lampau,sekarang maknanya jadi tidak baik.
5)      SINESTESIS, yaitu perubahan makna yang terjadi karena pertukaran tanggapan dari dua indera yang berlainan. Contoh: kata-katanya manis. Manis sebenarnya  tanggapan indera perasa,tapi dipakai untuk indera pendengar. Contoh lain: mukanya masam,pidatonya hambar.
ASOSIASI, yaitu perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat . Kata amplop yang berarti kertas pembungkus surat,dan sering juga dipakai sebagai pembungkus uang,berdasarkan persamaan tersebut dipakai untuk pengertian memberi sogokan. Beri dia amplop agar urusan cepat beres. 

1 comments:

  1. Lumayan Bermanfaat
    thanks

Post a Comment