twitter
rss

1)  Morfem
                 adalah satuan bentuk terkecilyang dapat membedakan makna dan atau     
yang mempunyai makna. Wujud morfem dapat berupa imbuhan, partikel, dan   kata dasar.
            Kemampuan imbuhan sebagai pembeda makna sudah terbukti dalam butir 3.2. Bahkan, dalam  contoh  pembuktian  itu,selain imbuhan –an,di-,me-,ter- sudah dipakai pula salah satu partikel, yaitu –lah dalam kata makanlah.
Partikel adalah unsur-unsur kecil dalam bahasa. Dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonasia (1993:342),
partikel  -kah, -lah, -tah, diakui sebagai  klitika. Klitika  tidak   sama    dengan imbuhan. Contoh partikel selain -kah, -lah, -tah, adalah –pun. Partikel-partikel itu kita akui sebagai morfem karena merupakan bentuk terkecil yang dapat membedakan arti.
            Kata   dasar  tergolong sebagai  morfem karena juga berfungsi sebagai pembeda arti  dan wujudnya hanya  terdiri atas satu morfem. Kata dasar bawa, rumah,  main, tidak   dapat dipecah  lagi  menjadi  bentuk  yang   lebih    kecil. Sebaliknya, kata turunan terbawa, dirumahkan, dipermainkan,adalah kata-kata kompleks  yang dapat diuraikan lagi karena morfemnya lebih dari satu.
Menurut bentuk dan arti,morfem dapat dibedakan atas dua macam.
a)  Morfem  bebas, yaitu   morfem   yang dapat berdiri sendiri dari segi makna   
     Tanpa  harus  dihubungkan   dangan  morfem  yang lain. Semua kata dasar   
     tergolong sebagai morfem bebas.
 b) Morfem   terikat. Yaitu morfem    yang tidak dapat berdiri sendiri dari segi
     makna. Makna morfem terikat baru jelas
     setelah morfem itu dihubungkan dengan morfem yang lain.Semua imbuhan
     ( awalan, sisipan, akhiran, serta kombinasi  awalan dan  akhiran ) tergolong
     sebagai  morfem  terikat. Selain  itu  unsur-unsur  seperti partikel -lah, -kah 
     dan  bentuk  lain  yang  tidak  dapat  berdiri sendiri, juga tergolong sebagai
     morfem terikat .


Satuan bentuk yang terkecil dalam bahasa adalah fonem  dan yang terbesar adalah karangan. Di antara keduanya terdapat deretan bentuk morfem, kata, frasa, kalimat, dan alinea .

Fonem --> Morfem --> Kata --> Frasa --> Kalimat --> Alenia --> Karangan
Ilustrasi diatas dimulai dari yang terkecil.

Ketujuh satuan bentuk bahasa itu baru diakui eksistensinya jika mempunyai makna atau dapat mempengaruhi makna. Maksud pernyataan ‘dapat mempengaruhi makna’dalam hal ini adalah kehadirannya dapat mengubah makna atau menciptakan makna baru. Setiap bentuk harus mempunyai makna dan setiap maknaharus didukung oleh bentuk tertentu. Hubungan antara bentuk dan makna dapat diibaratkansebagai dua sisi mata uang:satu sama lainnya melengkapi. Bentuk yang tidak mempunyai makna tidakakn mendapat tempatdalam tatanan satuan bentuk bahasa. Dalam contoh di bawah ini dapat dilihat bagaimana fonem,morfem, dan kata berpengaruh terhadap makna.
1)  Perhatikan peranan fonem sebagai pembeda makna dalam deret kata berikut.
                        Seret = ‘ tersendat-sendat;tidak lancar’
                        Seret = ‘menarik suatu benda menyusur tanah
                        Apel = ‘nama buah’
                        Apel = ‘wajib mengikuti upacara’
              Perhatikan pula peranan fonem lain dalam deret kata di bawah ini .
                        cari-jari-lari-mari-tari
                        bayu-kayu-kuyu-sayu
                        kerang-perang-serang-terang
Disini tampak bagaimana kehaditan satu fonem mengakibatkan perubahan makna / menimbulkan makna baru.
2)  Perhatikan peran morfem  -an,di-,-lah,me-,ter- sebagai pembentuk kata-kata        baru. Dengan bantuan morfem tersebut,dari kata dasar ‘makan’ dapat dibentuk kata:
makanan , dimakan,makanlah, memakan, termakan
dapat kita lihat,akibat morfem yang berbeda,arti kata-kata itu satu sama lainnya menjadi berbeda.
3)  Perhatikan  kata   sepeda, ambil, dingin,  kuliah. Keempat  kata yang diambil secara acak itu  kita akui  sebagai kata,karena setiap kata mempunyai makna. Kita akan meragukan, bahkan  cenderung  memastikan bahwa adepes, libma, ningid, hailuk bukan kata bahasa indonesia karena tidak  mempunyai makna.