twitter
rss

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَق   (1)
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَق     (2)
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَم    (3)
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ     (4)
عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَم   (5)

Artinya :
1.      1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan
2.      2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
3.      3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling Pemurah
4.      4. Yang mengajari (manusia) dengan perantaraan qalam
5.      5. Dia mengajari manusia apa yang tidak diketahuinya

Tafsir Al-Muroghi
 (اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَق)
Jadilah engkau orang yang bisa membaca berkat kekuasaan dan kehendak Allah yang telah menciptakanmu. Sebelum itu beliau tidak pandai membaca dan menulis. Kemudian datang perintah Illahi agar beliau membaca, sekalipun tidak bisa menulis. Dan Allah menurunkan sebuah kitab kepadanya untuk dibaca, sekalipun ia tidak bisa menulisnya.

(خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَق)
Sesungguhnya zat yang maha menciptakan manusia, sehingga menjadi Makhluknya yang paling mulia – ia menciptakan dasri segumpal darah ('Alaq). Kemudian membekalinya dengan kemampuan menguasai alam bumi, dan dengan ilmu pengetahuan bisa mengolah bumi serta menguasai aa yang ada padanya untuk kepentingan umat manusia. Oleh sebab itu Zat Yang menciptakan manusia, mampu menjadikan manusia yang paling sempurna, yaitu Nabi SAW – bisa membaca, sekalipun beliau belum pernah belajar membaca.


(اقْرَأْ)
Perintah ini di ulang ulang, sebab membaca tidak akan bisa meresap ke dalam jiwa, melainkan setelah di ulang ulang dan dibiasakan. Berulang ulangnya perintah Illahi sama bepengertian sama dengan berulang ulangnya membaca. Dengan demikian maka membaca itu merupakan bakat Nabi SAW.
Perhatikan firman Allah berikut ini.
سَنُقْرِؤُكَ فَلَا تَنسَى
"kami akan membacakan (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa". (Al-A'la, 87:6)

Kemudian Allah menyingkirkan halangan yang dikemukakan oleh Muhammad SAW kepada Malaikat Jibril, yaitu tatkala malaikat berkata kepadanya, "Bacalah!" Kemudian Muhammad menjawab, "Saya tidak bisa membaca". Artinya, saya ini buta huruf – tidak bisa membaca dan menulis. Untuk itu Allah berfirman :
(وَرَبُّكَ الْأَكْرَم)
Tuhanmu maha pemurah kepada orang yang memohon pemberian-Nya. Baginya amat mudah mnganugerahkan kepandaian membaca kepadamu – berkat kemurahan-Nya.
Kemudian Allah menambahkan ketentraman Nabi SAW. Atas bakat baru yang ia miliki melalui firman-Nya :
(الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ)
Yang menjadikan pena sebagai sarana berkomunikasi antar sesama manusia, sekalipun letaknya saling berjauhan. Dan ia tak ubahnya lisan yang bicara. Qalam atau pena, adalah benda mati yang tidak bisa memberikan pengertian. Oleh karena itu Zat yang menciptakan benda mati bisa menjadi alat komunikasi – sesungguhnya tidak ada kesulitan bagi-Nya menjadikan dirimu (Muhammad) bisa membaca dan memberi penjelasan serta pengajaran. Apalagi engkau manusia yang sempurna.
Disini Allah menyatakan bahwa dirinyalah yang telah menciptakan manusia dari 'alaq, kemudian mengajari manusia dengan perantara qalam. Demikian itu agar manusia menyadari bahwa dirinya diciptakan dari sesuatu yang paling hina, hingga ia mencapai kesempurnaan kemanusiaannya dengan pengetahuannya tentang hakekat segala sesuatu. Seolah – olah ayat ini mengatakan "Renungkanlah wahai manusia! Kelak engkau akan menjumpai dirimu telah berpindah dari tingkatan yang paling randah dan hina, kepada tingkatan paling mulia. Demikian itu tentu ada kekuatan yang mengaturnya dan kekuatan yang menciptakan kesemuanya dengan baik".
Kemudian Allah menambahkan penjelasan-Nya dengan menyebutkan nikmat-nikmat-Nya kepada manusia melalui firmannya :
(عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَم)
Sesungguhnya Zat yang memerintahkan Rasul-Nya membaca – Dia lah yang mengajarkan berbagai ilmu yang dinikmati oleh umat manusia, sehingga manusia berbeda dari makhluk lainnya. Pada mulanya manusia itu bodoh – ia tidak mengetahui apa – apa. Lalu apakah mengeherankan jika ia mengajarimu (Muhammad) membaca dan mengajarimu berbagai ilmu selain membaca, sedangkan engkau memiliki bakat unutk menerimanya?
Ayat ini merupakan dalil yang menunjukkan tentang keutamaan membaca, menulis, dan ilmu pengetahuan.



Tafsir secara umum :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan” (ayat 1). Dari suku kata pertama saja yaitu “bacalah”, telah terbuka kepentingan pertama dalam perkembangan agama ini selanjutnya. Nabi Muhammad disuruh untuk membaca wahyu yang akan diturunkan kepada beliau atas nama allah, tuhan yang telah menciptakan. Yaitu “Menciptakan manusia dari segumpal darah” (ayat 2). Yaitu peringkat yang kedua sesudah nuthfah. Yaitu segumpal air yang telah berpadu dari mani si laki-laki dengan mani si perempuan yang setelah 40 hari lamanya, air itu akan menjelma menjadi segumpal darah dan dari segumpal darah itu kelak setelah 40 hari akan menjadi segumpal daging. Bacalah, dan tuhanmu itu adalah maha mulia(ayat 3). Setelah pada ayat pertama beliau menyuruh membaca dengan nama allah yang menciptakan manusia dari segumpal darah, diteruskan lagi menyuruh membaca diatas nama tuhan. Sedang nama tuhan yang selalu akan diambil jadi sandaran hidup itu ialah allah yang maha mulia, maha dermawan, maha kasih dan saying kepada mahluknya. Dia yang mengajarkan dengan kalam(ayat 4). Itulah istimewanya tuhan itu lagi. Itulah kemulianya yang tertinggi.Yaitu diajarkanya kepada manusia berbagai ilmu, dibukanya berbagai rahasia, diserahkanya berbagai kunci untuk pembuka perbendaharaan allah yaitu dengan qalam. Dengan pena disamping lidah untuk membaca, tuhanpun mentaksirkan pula bahwa dengan pena ilmu dapat dicatat. Pena itu  kaku dan beku serta tidak hidup namun yang dituliskan oleh pena itu adalah berbagai hal yang dapat difahami oleh manusia “Mengajari manusia apa-apa yang dia tidak tahu” (Ayat 5). Terlebih dahulu allah ta’ala mengajar manusia mempergunakan qalam. Sesudah dia pandai mempergunakan qalam itu banyaklah ilmu pengetahuan diberikan oleh allah kepadanya, sehingga dapat pula dicatat ilmu yang baru didapatnya itu dengan qalam yang sudah ada dalam tanganya.


Telah di presentasikan pada tanggal 25 Juni 2011
Oleh :
Muhammad Alif Khakim
Pada Mata Kuliah Tafsir
di STAIN Salatiga

0 comments:

Post a Comment